Strategi Artajasa Pasca Kehadiran JPN

Strategi Artajasa Pasca Kehadiran JPN

Jakarta – PT Artajasa Pembayaran Elektronis ‎(Artajasa) mengaku sudah menyiapkan beberapa strategi untuk menghadapi kompetitor baru yakni perusahaan switching milik bank BUMN yang diberi nama PT Jalin Pembayaran Nasional (JPN). Saat ini, JPN sendiri sudah mendapatkan izin switching prinsipal debit dari Bank Indonesia (BI).

Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) juga memastikan, bahwa operasional ATM Link Himbara akan beralih ke switching milik bank BUMN yang dikelola JPN pada awal 2018. Pasalnya kehadiran JPN sebagai pemain baru di bisnis switching digadang-gadang akan menguasai lebih dari 50 persen pangsa pasar transaksi perbankan.

Direktur Utama Artajasa Bayu Hanantasena mengatakan, untuk tetap menjadi pemain nomor satu di bisnis switching dan menjaga pangsa pasarnya, perusahaan akan melakukan diferensiasi pasar. Selain itu Artajasa yang mengelola ATM Bersama ini juga akan melakukan penambahan layanan (value added service) dan pengembangan layanan.

“Kami pasti akan melakukan diferensiasi, tingkat layanan maupun featurenya, yang tentu akan berbeda dengan yang digagas oleh kompetitor kami,” ujar Bayu, di Jakarta, Senin malam, 19 Juni 2017.

Selain itu, dirinya juga memastikan, dengan adanya interkoneksi NPG (national payment gateway) yang digagas oleh Bank Indonesia (BI), maka pihaknya akan melakukan koordinasi dengan perusahaan switching lainnya, di mana hal ini sejalan dengan tujuan NPG yakni interkoneksi dan interoperabilitas di sistem pembayaran nasional.

“Kami sebagai switching disana kami akan melakukan koordinasi dengan perusahaan switching yang sudah ada maupun yang baru, dan sudah mulai, tetapi mudah-mudahan proses itu tidak smudah membalik tangan karena ini proses, BI ingin kualitas yang handal,” ucap Bayu.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, bahwa kerjasama antar perusahaan switching ini untuk memastikan layanan kepada nasabah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Meski begitu, Artajasa sudah menyiapkan beberapa strategi dan produk untuk menjawab tantangan dalam ke depannya, yakni dengan melakukan diferensiasi pasar.

“Jadi ini memang luar biasa. Kalau dilihat dari konsep kita akan berkompetisi, jadi saya kira ini mirip dengan telko tapi mungkin kita harus berkompetisi, jadi memang lebih kepada competition. Principal yang baru itukan anak dari induknya yang pastinya akan diupayakan untuk lebih baik,” papar Bayu.

Ke depan, ada beberapa produk Artajasa yang akan ‎menjadi andalan yakni debit online. Menurut Direktur Bisnis Artajasa, ‎Anthoni Morris, pengembangan fitur debit ini untuk mendukung transaksi dagang online (e-commerce) yang saat ini pertumbuhannya sangatlah pesat. Artajasa juga mendorong bank anggota untuk menyiapkan fitur debit online.

Di sisi lain, kata dia, seiring dengan berkembangnya digital banking, jumlah transaksi menggunakan kartu juga diprediksi akan semakin menurun, namun transaksi di digital banking akan mulai naik. “Jadi penggunaan kartu berangsur-angsur akan bergeser ke card not presured, karena penetrasinya makin tinggi di digital, jadi kami akan siapkan kearah sana. Artajasa akan bergerak atau memasuki era digital,” tukasnya.

Sebagai informasi, saat ini jumlah anggota ATM Bersama yang dikelola oleh Artajasa masih merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan perusahaan switching lainnya. Tercatat sampai dengan Mei 2017 ada 88 anggota ATM bersama yang terdiri dari 86 bank dan 2 operator seluler yakni Telkomsel dan Indosat.‎ (*)

Related Posts

News Update

Top News