Jakarta – Pada tiga tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK), Pemerintah terus menggenjot sektor pariwisata nasional.
Menteri Pariwisata Arief Yahya bahkan menyebut, sektor pariwisata Indonesia diproyeksi menjadi penghasil devisa terbesar pada 2019 dengan nilai mencapai USD24 miliar.
“Pada 2019 pariwisata diproyeksikan penghasil devisa terbesar yaitu USD24 miliar melampaui sektor migas, batubara dan minyak kelapa sawit. Bukan hanya penghasil devisa terbesar biasa, tetapi terbesar dan terbaik di regional bahkan global,” ungkap Arief pada konferensi pers Capaian Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di Kompleks Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 17 Oktober 2017.
Baca juga: BKPM Belum Mau Puas Indonesia Raih Investment Grade
Arief menjelaskan dari hasil riset World Bank, sektor pariwisata adalah penyumbang yang paling mudah untuk devisa dan pendapatan domestik bruto (PDB) suatu negara. Pasalnya,dampak turunan dari investasi disektor pariwisata terhadap PDB memang amat besar.
World Bank mencatat investasi di pariwisata sebesar USD1 juta mampu mendorong 170 persen dari PDB. Ini merupakan dampak tertinggi suatu industri kepada negaranya. Sebab, industri pariwisata mampu menggerakkan usaha kecil menengah seperti kuliner, cinderamata, transportasi dan lainnya.
“Perolehan devisa negara dari sektor sektor pariwisata sejak tahun 2016 sudah mengalahkan pemasukan dari migas dan dibawah pemasukan dari CPO. Diperkirakan pada tahun 2019, sektor pariwisata menjadi penyumbang utama devisa utama Indonesia,” tukas Arief. (*)
Editor: Paulus Yoga