Jakarta — Tekanan nilai tukar rupiah pada tahun 2019 mendatang dipercaya tidak sebesar tahun ini, hal tersebut seiring dengan selesainya normalisasi kebijakan moneter dari negara Amerika Serikat (AS) yang tidak akan terlalu sering menaikan suku bunga acuan (The Fed) miliknya.
Hal tersebut disampaikan oleh Chief Economist Bank Mandiri Anton Gunawan pada acara Outlook Ekonomi Indonesia 2019 di Plaza Mandiri Jakarta. Anton menilai, rata-rata nilai tukar rupiah pada tahun depan berada dikisaran Rp14.900 per dollar AS.
“Persentasi kita rata-rata nilai tukar Rp14.900 per dollar, bila APBN kan rata-rata pakai Rp15.000. Tapi dengan catatan tiga kali kenaikan rate,” kata Anton di Plaza Mandiri Jakarta, Rabu 12 Desember 2018.
Baca juga: Perang Dagang Belum Meredam, Buat Rupiah Melemah Rp 14.539
Anton menambahkan, angka tersebut terwujud bilamana The Fed memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali. Walau begitu pihaknya optimis Bank Indonesia akan terus berada di pasar guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan fundamental ekonomi nasional.
“Hal ini membuat kami yakin depresiasi rupiah lebih kecil. Tapi masih ada potensi lebih kuat kalau benar ada slow down ekonomi sehingga The Fed tidak naik tiga kali dan harga minyak mentah mulai meningkat lagi,” jelasnya.
Sebagai informasi, berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) pada Rabu (12/12), rupiah bertengger pada level Rp14.577 per dolar AS. Angka tersebut terlihat menguat tipis bila dibandingkan dengan hari sebelumnya (11/12) yang ada di angka Rp14.631 per dolar AS. (*)