Jakarta – BPR Lestari gelar focus group discussion 2018 Batch I dengan tema “Penanganan Kredit Bermasalah & Dampak Erupsi Gunung Agung,” di Bali.
Acara yang dihadiri seluruh BPR se Indonesia itu bertujuan mendiskusikan berbagai persoalan yang dihadapi BPR.
Diskusi ini mencoba memetakan strategi, apa-apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi kondisi perekonomian kedepan dan tentu saja mengatasi masalah kredit macet dan dampak erupsi.
Diskusi di buka oleh Made Tutik Sri Andayani, Direktur Bisnis BPR Lestari, yang menyampaikan gambaran umum kondisi BPR di Indonesia yang rata-rata mengalami kesulitan, dibuktikan dengan kenaikan NPL, terutama pada tahun 2017.
BPR yang mengandalkan kredit sebagai satu-satunya sumber pendapatan merasakan dampak dari kondisi ini.
“Kondisi ini patut menjadi perhatian bersama, harus segera diselesaikan, jangan ditunda-tunda karena masalah yang dihadapi oleh sebuah BPR akan mempengaruhi BPR yang lain,” ujar wanita kelahiran Buleleng, 25 September 52 tahun yang lalu ini.
Tutik menambahkan, badai finansial pasti terjadi, nasabah yang dulunya tak mengalami masalah kini mengalaminya, disebabkan oleh berbagai hal mulai dari bisnis yang surut hingga bencana erupsi.
“Tinggal bagaimana kita menyikapi masalah tersebut, ada tiga hal yang menjadi fokus kita; kualitas kredit, biaya, dan people (SDM). Pada kredit mesti diperhatikan WL dan NPL, nasabah yang mengajukan kredit dicek dulu kira-kira mampu membayar atau tidak. Aspek legalitas menjadi penting, karena saat ini banyak terdapat rekening palsu, jadi kita mesti mampu memilah setiap proposal yang masuk. Juga biaya, terkadang kita menghadapi gugatan yang butuh biaya tinggi, di sini perlu SDM yang memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hukum (legal),” lanjutnya.
Menurut lulusan Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini, kunci penyelesaian masalah adalah kecepatan (speed), jangan menunda penyelesaian masalah, sebisa mungkin jika ada masalah segera diselesaikan mulai dari membina bisnis nasabah yang hampir mati hingga menjual aset nasabah yang merupakan opsi terakhir.
“Kita harus bisa menyelesaikan masalah, jangan putus komunikasi dengan debitur terutama yang bermasalah. BPR adalah bank kecil dengan modal tak seberapa, jika kredit bermasalah dibiarkan akan dapat mempengaruhi modal. Jika ada yang “sakit” jangan tersenyum, karena bisa mempengaruhi kepercayaan masyarakat pada BPR, “ terangnya. (*)