Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menargetkan penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh sebesar 33% di 2017. Di mana pada 2016 lalu, perseroan telah merealisasikan kredit baru senilai Rp31,86 triliun.
“Realisasi kredit baru per Desember 2016 itu naik 21,75% dari Rp26,17 triliun pada tahun sebelumnya menjadi Rp31,86 triliun,” ujar Direktur Utama BTN, Maryono, di Jakarta, Sabtu, 11 Februari 2017.
Dirinya optimistis target tersebut akan dicapai mengingat berbagai peluang dan kondisi yang mendukung sektor properti, seiring dengan kebutuhan rumah atau backlog perumahan yang dikeluarkan dari data Kementerian PUPR mencapai 15 juta unit.
“Setiap tahunnya, Kementerian PUPR pun mencatat masih ada kekurangan pasokan rumah sebanyak 400.000 unit,” ucapnya.
Pada tahun ini pemerintah menganggarkan untuk membiayai perumahan yang lebih tinggi dibanding tahun lalu. Pada 2017, pemerintah mengalokasikan program FLPP senilai Rp9,7 triliun, program skema subsidi selisih bunga (SSB) sekitar Rp3,7 triliun, dan bantuan uang muka sebesar Rp2,2 triliun.
“Nilai tersebut melebihi anggaran FLPP 2016 senilai Rp9,22 triliun dan SSB sebesar Rp2,2 triliun,” paparnya.
Kebijakan lain yang mendukung sektor properti yakni relaksasi loan to value (LTV) oleh bank sentral. Pada tahun lalu BI melonggarkan aturan LTV, sehingga uang muka untuk KPR pertama menjadi sebesar 15%, KPR kedua 20%, dan KPR ketiga serta seterusnya 25%.
“Berbagai kebijakan yang mendukung ini tentu tak hanya bermanfaat bagi sektor properti saja. Sebab, ada sekitar 170 lebih sektor lain yang terkait dengan sektor properti,” tutup Maryono. (*)