Jakarta — Ketidakpastian ekonomi global masih menghantui pasar negara emerging market termasuk Indonesia. Ketidakpastian ini terkait dengan kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) yang berpotensi menimbulkan perang dagang antara AS dengan mitra dagangnya terutama China, Kanada dan negara-negara Uni Eropa membebani pasar sepanjang semester I-2018.
Kemudian, kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif pada tahun ini, di mana The Fed telah menaikkan sebanyak dua kali dengan total 50 bps hingga semester I-2018. Dari sisi domestik, arus dana yang keluar dari pasar keuangan membuat nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 5,72% sepanjang semester I-2018. Bank Indonesia merespons dengan menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali dengan total 100bps untuk menahan laju depresiasi rupiah.
Menanggapi hal itu, Bank Commonwealth menilai bahwa prospek investasi pada kelas aset ekuitas masih menjadi pilihan yang obyektif untuk investasi reksa dana sepanjang bulan Juli ini. Sebab, meskipun kondisi pasar saham dan obligasi Indonesia sepanjang semester I 2018 mencatatkan kinerja negatif, kondisi fundamental domestik masih cukup stabil dan laporan keuangan emiten periode kuartal II-2018 yang akan dirilis pada bulan Juli diperkirakan positif.
“Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan domestik serta pengaruhnya pada pasar saham, kami masih berpandangan bullish pada kelas aset ekuitas secara jangka menengah dan panjang. Kami menilai saat ini masih menjadi peluang untuk para nasabah meningkatkan porsi alokasi investasi di ekuitas,” kata Ivan Jaya, Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (11/7).
Bank Commonwealth berupaya mengoptimalkan hasil investasinya melalui layanan investasi reksa dana yang dapat dimonitor melalui Internet Banking dan Mobile Banking serta Dynamic Model Portfolio.
Dynamic Model Portfolio merupakan layanan wealth management yang didesain untuk mengikuti pasar yang makin dinamis dan dapat mengoptimalkan imbal hasil investasi nasabah, yakni dengan mengumpulkan berbagai informasi pasar, memilah mana yang paling relevan untuk setiap Nasabah berdasarkan profil risiko dan tujuan investasi mereka, kemudian memberikan saran terkait penempatan portofolio aset-nya.
“Nasabah bisa menggerakkan asetnya secara dinamis, tidak harus sama dengan proporsi investasi yang ditentukan di awal. Investasi disesuaikan tidak hanya berdasarkan profil risiko Nasabah, namun juga risiko pasar ke depannya. Lewat Dynamic Model Portfolio, kami ingin melayani nasabah kami dengan layanan wealth management yang mampu membantu mereka memahami realita pasar yang dinamis daripada hanya statis terpaku pada teori semata,” jelas Ivan.(*)