oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham Asia kemarin umumnya ditutup positif, data non-farm payroll AS yang jauh di bawah ekspektasi membuat pasar memperkirakan kenaikan Fed Fund rate akan tertunda. Namun pasar Jepang melemah karena menguatnya Yen terhadap USD yang memukul eksportir Jepang. Indeks Nikkei Jepang turun 0,4% dan Hang Seng Hongkong naik 0,4%. Sementara pasar saham Eropa dan AS menguat. DAX Index Jerman naik 0,2% dan S&P 500 di AS naik 0,5%.
Harga komoditas dan saham sektor energi menguat setelah mata uang USD melemah. Harga komoditas umumnya dinyatakan dalam USD, sehingga pelemahan mata uang USD akan ditransmisikan ke naiknya harga komoditas. Harga biji besi naik 3,3%, emas naik 0,5%, sementara harga minyak mentah naik hingga di atas USD50 per barrel.
Bloomberg dalam analisisnya mengingatkan potensi bahaya di China. Potensi bahaya yang sebelumnya berasal dari kapasitas berlebih hingga control atas mata uang Yuan, kini bertambah dengan semakin pesatnya pertumbuhan shadow banking di China. Shadow banks di China yang dapat berwujud peer-to-peer lending maupun wealth management companies kini telah mengelola asset dengan total melampaui 80% dari GDP China (Moody’s). Besarnya aset yang dikelola tersebut berpotensi menimbulkan risiko sistemik, karena shadow banks ternyata banyak menjual piutang/aset kredit kepada bank komersial. Sebagaimana diketahui perbankan di China banyak memberikan kredit kepada perusahaan milik Pemerintah dan perusahaan berkualitas. Sebaliknya banyak start up atau perusahaan yang kurang berkualitas yang tidak memiliki akses terhadap perbankan memilih jalur pendanaan melalui shadow banks. Dan kini shadow banks menjual aset kredit tersebut ke perbankan komersial. Sebagai gambaran, kini 4 bank terbesar milik Pemerintah kini memiliki sekitar USD2 triliun investasi keuangan dalam bentuk produk wealth management.
Dua polling referendum UK yang dirilis kemarin menunjukkan jumlah yang menghendaki UK keluar dari EU (Brexit) lebih besar daripada yang ingin tetap berada dalam EU (Bremain). Polling YouGov untuk jaringan televisi ITV menunjukkan 45% memilih keluar dari EU sementara 41% memilih tinggal di EU. Secara terpisah polling dari global market research company TNS menunjukkan 43% memilih keluar dari EU dan 41% memilih tetap di EU. Mata uang GBP melemah 0,9% ke USD1,44 per GBP pascarilis polling tersebut.
Janet Yellen tadi malam menyatakan bahwa kenaikan tingkat bunga acuan di AS masih akan terjadi, namun seiring dengan berjalannya waktu. Pascarilis data non-farm payroll yang sangat rendah, Yellen menurunkan intonasi timing dari yang sebelumnya “dalam beberapa bulan mendatang (in coming months)” menjadi “seiring berjalannya waktu (over time)”. Meskipun Yellen menyampaikan pesan bahwa buruknya data non-farm payroll menimbulkan keraguan mengenai outlook ekonomi AS, namun Yellen yakin bahwa kondisi ekonomi AS terus akan membaik. Pasca-pernyataan Yellen, USD kembali menguat terhadap beberapa mata uang utama.
Harga minyak dunia ditutup naik setelah USD melemah pascarilis data non-farm payroll dan gangguan suplai minyak dari Kanada (kebakaran hutan dan ladang minyak) dan Nigeria (serangan teroris di ladang minyak) yang kembali mengemuka. WTI crude untuk pengiriman Juli naik USD1,07 (2,2%) menjadi USD49,7 per barrel. Sementara Brent Crude untuk pengiriman Agustus naik USD0,91 (1,8%) ke level USD50,6 per barrel.
Yield UST ditutup naik pascapesan hawkish Yellen yang meyakinkan bahwa tingkat bunga Fed Fund akan naik tahun ini meskipun tidak menyebutkan time frame secara tegas. Yield UST 10 tahun naik 2 bps ke level 1,72%. Sementara yield UST 30 tahun naik 3 bps ke level 2,54%.
Pasar SUN Jumat lalu ditutup menguat. Yield SUN tenor 10 tahun turun 6 bps ke level 7,79% (ytd turun 95 bps, akhir tahun lalu 8,74%). IHSG ditutup naik 42 poin (0,9%) ke level 4.896 (ytd 6,6%, akhir tahun sebesar 4.593). Investor asing membukukan net buy sebesar Rp549 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp5,4 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup menguat Rp225 menjadi Rp13.370/USD. NDF 1 bulan ditutup menguat Rp86 ke level Rp13.388/USD. CDS 5 tahun turun 4 bps (persepsi risiko turun) ke level 188 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 42 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)
Editor: Paulus Yoga
Jakarta – Ekonom Senior Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan masih terdapat gap yang tinggi antara kebutuhan pendanaan… Read More
Suasana saat penantanganan kerja sama Bank Mandiri dengan PT Delta Mitra Sejahtera dengan membangun 1.012… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut kinerja pasar modal Indonesia masih akan mengalami… Read More
Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyesuaikan jadwal operasional kantor cabang sepanjang periode… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini (19/12) kembali ditutup merah ke… Read More
Jakarta - Senior Ekonom INDEF Tauhid Ahmad menilai, perlambatan ekonomi dua negara adidaya, yakni Amerika… Read More