oleh Blasius Haryanto
BARU-BARU ini, saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) membacakan nota keuangan pada 14 Agustus 2020, ada satu statement yang menarik, yaitu “bajak masa krisis untuk menuju lompatan besar”. Statement tersebut disampaikan dengan penuh optimistis karena diyakini benar dan berhasil dilakukan saat krisis 1998 di perusahaan mebelnya (detailnya bisa dicari tahu).
Sekilas pesan itu dipandang aneh, krisis kok malah melompat? Apa bisa-bisa malah terjerembap. Mari kita bahas substansinya. Pembelajaran yang bisa dipetik di sini akan dibahas dari dua sudut pandang.
Pertama, dari sudut pandang strategi, hal ini merupakan terobosan, inovasi, dan out of the box (nyeleneh) berkat kejeliannya dalam menghayati dan menggali konsep hukum alam dan diaplikasikan. Hukum alam bilang bahwa di dunia itu selalu terjadi keseimbangan, serba berpasangan: ada laki-perempuan, salah-benar, muka-belakang, tinggi-rendah, baik-buruk, untung-buntung, plus-minus, kurang-tambah, dan masih banyak lagi.
Berikut ini contoh simple konkret untuk memperjelas. Dalam masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) terjadi krisis, banyak bisnis yang rugi, tapi ada juga yang untung dan panen, seperti bisnis online, masker, dan vitamin. Saat terjadi krisis ekonomi, banyak juga yang panen, seperti konsultan, dokter, dan usaha pergudangan.
Pendeknya, antara krisis dan peluang selalu berpasangan. Sehingga, ketika melihat krisis dan/atau kejadian-situasi sesuatu yang negatif, harus segera di-explore segi positifnya, dan ini sering dianggap beda oleh orang biasa. Motonya “bahwa beda itu dahsyat”. Hal ini hanya dimiliki oleh mereka yang kreatif, inovatif, dan punya visi ke depan berprinsip selalu tampil beda.
Kedua, dari sudut pandang teori leadership, bahwa tugas pokok seorang leader itu adalah tahu duluan arah ke depan, memotivasi, sebagai role model, memberi kail dan restu, mencetak banyak leader baru, serta memberi coaching, counselling, and mentoring (CCM). Dan, yang paling relevan dengan artikel ini – untuk ditelaah lebih lanjut tugas pokok leader – adalah selalu positive thinking dan harus “tampil saat krisis”.
Positive thinking tidak saja melulu dalam menyusun perencanaan. Namun, lebih jauh lagi adalah sebagai daya dorong, energi, dan motivasi kepada bawahan. Bayangkan kalau pemimpinnya kendor, apatis, dan tidak yakin dalam mengadang krisis, pasti anak buahnya loyo-lelet, yang pada gilirannya kinerjanya hanya marginal.
Tampilnya seorang pemimpin saat krisis sangat diperlukan dan bahkan suatu keharusan untuk menjaga agar institusi atau perusahaan dapat berjalan dengan presisi dalam mencapai tujuan. Untuk lebih memperjelas, ambil contoh dalam penerbangan pesawat besar, selalu ada pilot dan kopilot. Pertanyaannya, lebih sulit mana antara membawa pesawat saat take off dan landing? Pasti beragam jawabannya. Ada yang sulit take off dan banyak juga yang bilang sulit landing.
Jawaban yang pasti sebenarnya mudah, tinggal tanya saja para pilot. Secara simple, landing lebih sulit alasannya sederhana. Kalau take off, langitnya luas tidak ada batas. Setelah disetel instrumennya, tinggal tancap dan hampir tidak banyak adjustment. Sedangkan, kalau landing, runway-nya pas-pasan. Memeleset sedikit, meluncur. Dan, meski sudah di-setting, masih perlu penyesuaian di sana sini karena kondisi angin berubah-ubah dan jarak pandangnya bervariasi. Belum lagi kalau pilotnya kurang concern.
Coba kita tebak, kalau saat landing dengan kondisi cuaca bergejolak, siapa yang harus mengendalikan? Apakah pilot menyerahkan kepada kopilot? Pasti tidak mungkin, sangat berisiko karena situasinya ‘kan krisis. Berbeda kalau kondisi cuaca baik-baik saja, kopilot bisa disuruh mengendalikan dan pilotnya hitung-hitung melakukan couching dan mentoring.
Kesimpulannya, pada saat krisis, leader harus tampil dengan keyakinan penuh atas dasar keterampilan dari pengalaman jam terbang. Kemampuan leader akan sangat terlihat jelas dan terukir menjadi monument ketika mampu dan berhasil mengatasi atau mengarungi situasi krisis. Makin kompleks dan besar krisis yang terjadi, makin meningkatkan poin kepiawaiannya.
Wahai para leader, mari tunjukkan daya leader-mu. Gali inovasi, terobosan, dan temukan stategi jitu di luar konteks yang sangat diperlukan, terutama saat krisis seperti sekarang ini. Rapatkan barisan dan bangun teamworkyang solid. Gunakan daya motivasi yang dahsyat dengan sentuhan emosi agar para bawahan menjadi militan, tidak cengeng. “Badai pasti berlalu”. (*)
Penulis adalah fasilitator dan pengamat perbankan.
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan telah melaporkan hingga 20 Desember 2024, Indonesia Anti-Scam… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik penambahan sebanyak dua juta investor di pasar… Read More
Jakarta - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) masih mengkaji ihwal kenaikan PPN 12 persen… Read More
Jakarta – Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi… Read More
Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Senin, 23 Desember 2024, ditutup… Read More
Jakarta – Di tengah penurunan kunjungan wisatawan, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) tercatat mampu… Read More