Moneter dan Fiskal

Waspadai ‘Second Impact’ Krisis Perbankan Global

Jakarta – Krisis perbankan yang terjadi di Amerika Serikat hingga Eropa memicu kekhawatiran dari dampak rembetan yang ditimbulkan terhadap perekonomian yang mulai pulih pasca pandemi. Di sisi lain, dampak terhadap perbankan di Tanah Air dinilai tidak akan berpengaruh karena perbankan memiliki likuiditas yang ample, namun tetap perlu diwaspadai second impact-nya terhadap perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia.

Kebijakan uang ketat yang dilakukan oleh Bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) pada pertengahan tahun lalu, memengaruhi bisnis dari perusahaan start-up yang tidak bisa lagi menikmati melimpahnya likuiditas akibat kebijakan moneter ekstra longgar.

Hal ini yang berpengaruh terhadap gugurnya Silicon Valley Bank (SBV) salah satu bank yang dikenal mendorong industri teknologi digital serta pemberi pinjaman perusahaan rintisan (start-up).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, kolapsnya SVB salah satunya adalah karena model bisnis bank yang rentan dan tidak stabil, dimana 93% dana pihak ketiga (DPK) atau deposit funding yang dimiliki terkonsentrasi pada deposan-deposan besar dan dalam sektor yang sama yaitu start-up dan perusahaan teknologi.

Sementara itu, Peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Etika Karyani mengatakan, kebijakan uang ketat yang dilakukan oleh The Fed berpengaruh buruk pada ekonomi negara berkembang.

“Khususnya yang sarat utang. Namun bagi Indonesia, belum terlihat akan mendorong pelemahan PDB (Produk Domestik Bruto),” ujar Etika saat dihubungi Infobanknews, dikutip, Senin, 10 April 2023.

Di sisi lain, menurutnya dampak dari krisis perbankan global terhadap perusahaan start-up di Indonesia, akan berpotensi pada kesulitan memperoleh modal dari SVB atau afiliasinya (modal ventura). Sedangkan, perbankan di dalam negeri tidak memberikan kredit kepada perusahaan start-up.

“Perbankan Indonesia sendiri tidak memberikan kredit atau investasi ke start-up maupun kripto,” jelasnya. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

36 mins ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

2 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

2 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

3 hours ago

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI, Bukti Peran Strategis dalam Stabilitas Ekonomi RI

Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More

3 hours ago

Segini Kekayaan Menhut Raja Juli Antoni yang Diminta Mundur Anggota DPR

Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More

3 hours ago