Moneter dan Fiskal

Waspadai Inflasi Pangan, Ini Tujuh Program BI

Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda agung menyebutkan, Indonesia pada pertengahan tahun 2022 sempat mengalami lonjakan inflasi pangan mencapai 11,5%, tertinggi sejak delapan tahun terakhir. BI, Pemerintah serta Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan TPI Daerah (TPID) bersinergi dengan GNPIP (Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan) untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, dan kelancaran distribusi dalam mengendalikan inflasi pangan.

Melalui sinergi tersebut, tambah Juda, menunjukan hasil yang nyata, inflasi pangan berhasil turun drastis di akhir tahun 2022 menjadi 5,6%. Namun ke depannya tetap diperlukan kewaspadaan karena gejolak yang masih berlanjut.

“Tentunya kita tidak boleh puas dengan langkah-langkah yang kita sudah lakukan karena tantangan inflasi pangan di tahun ini pasti cukup besar. Kita mungkin sudah tahu bahwa akan ada risiko cuaca buruk akibat El Nino di mana El Nino adalah kemarau berkepanjangan yang tentu harus disikapi dengan seksama,” ujar Juda dalam GNPIP Jawa Timur 2023, Jumat, 17 Maret 2023.

Untuk itu BI kembali menegaskan tujuh program unggulan GNPIP 2023 untuk memperkuat dalam langkah pengendalian inflasi pangan. Pertama, optimalisasi anggaran Kementerian/Lembaga dan Pemda (pemerintah daerah) untuk operasi pasar, dalam hal ini termasuk pasar murah untuk strategi pengendalian harga pangan guna menjaga daya beli masyarakat.

Kedua, penguatan ketahanan komoditas hortikultura dan pasokan pangan strategis lainnya, khususnya untuk komoditi cabe dan bawang merah yang saat ini menjadi sumber inflasi di banyak daerah.

“Secara khusus, saya ingin juga menekankan peran pondok pesantren yang dapat kita optimalkan untuk mendukung program ketahanan pangan,” ungkap Juda.

Ketiga, peningkatan pemanfaatan alsintan dan saprodi, ini diharapkan akan semakin meningkatkan produktivitas petani dan meningkatkan nilai tambah produk olahan petani.

Keempat,  pentingnya kerjasama antar daerah, terutama di antar daerah penghasil dan produsen dan daerah non-produsen. Kelima, bersinergi untuk mengoptimalkan distribusi pangan strategis. Keenam, penguatan infrastruktur teknologi informasi, digitalisasi data, dan informasi pangan. Dimana inovasi dan digitalisasi dalam pertanian terus didorong melalui pemanfaatan skema seperti urban farming, digital farming, maupun inovasi-inovasi pertanian lainnya. 

“Terakhir, penguatan koordinasi dan komunikasi antar pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan bersama,” tutup Juda. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Irawati

Recent Posts

Fungsi Intermediasi Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) Moncer di Triwulan III 2024

Jakarta - Kinerja fungsi intermediasi Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) menunjukkan hasil yang sangat baik… Read More

39 mins ago

Bertemu Sekjen PBB, Prabowo Tegaskan Komitmen RI Dukung Perdamaian Dunia

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung upaya PBB dalam mewujudkan perdamaian dan keadilan internasional. Termasuk… Read More

1 hour ago

OJK Catat Outstanding Paylater Perbankan Tembus Rp19,82 Triliun

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding paylater atau Buy Now Pay Later (BNPL) di perbankan… Read More

1 hour ago

Perkuat Inklusi Asuransi, AAUI Targetkan Rekrut 500 Ribu Tenaga Pemasar di 2025

Jakarta - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menargetkan jumlah agen asuransi umum mencapai 500 ribu… Read More

1 hour ago

PermataBank Bidik Bisnis Wealth Management Tumbuh Double Digit di 2025

Jakarta – Di tengah fenomena makan tabungan alias mantab akhir-akhir ini, pertumbuhan antara ‘orang-orang tajir’… Read More

2 hours ago

Kredit UMKM Kian Melambat, OJK Beberkan Penyebabnya

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tren pertumbuhan UMKM cenderung melambat, sejalan dengan risiko kredit UMKM… Read More

3 hours ago