Teknologi

Waspada! Serangan Ransomware Masih Mengintai di 2024

Jakarta – Peristiwa serangan ransomware yang menimpa pusat data nasional (PDN) pada akhir Juni 2024 membawa kerugian yang masif. Data yang terdapat di 282 kementerian dan lembaga raib, kerugiannya ditaksir mencapai Rp6,3 triliun. Tahun ini, diprediksi serangan ransomware masih menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai.

Hal tersebut diungkapkan oleh Yudhi Kukuh, Founder AwanPintar.id dalam Laporan Ancaman Digital Semester 1 dan Analisis Serangan Sepanjang 2024 di Jakarta, 28 Agustus 2024.

“Secara distribusi (malware) itu saya rasa tidak akan ada perubahan. Lalu, apakah ada malware yang baru atau tidak? Ransomware sepertinya masih akan tetap sama, menurut laporan yang saya baca,” terang Yudhi.

Baca juga: Ngeri! Tiap Detik Ada 158 Serangan Siber ke Indonesia

Perlu diketahui bahwa ransomware seringkali disebarkan melalui spam email dengan mencantumkan tautan mencurigakan. Kemudian, ransomware tersebut berpotensi tersebar jika tautan tersebut di-klik oleh penerima email.

Data Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) menunjukkan, bahwa ada 403,99 juta anomali pada tahun 2023. Menariknya, hanya 1,01 juta serangan yang berupa ransomware. Yudhi sendiri mengakui bahwa peristiwa ransomware dengan varian Lockbit 3.0. yang menimpa PDN pada Juni lalu merupakan “keberuntungan”.

“Kalau kita bicara di Indonesia, apakah ransomware Lockbit penyebarannya tinggi di dunia? Tidak. Beruntung aja dia bisa masuk (ke dalam sistem),” tutur Yudhi.

Dari data BSSN yang sama, persentase ransomware Lockbit sendiri hanya sebesar 5,96 persen. Selebihnya, adalah varian ransomware lain. Ini menunjukkan adanya kelalaian dalam sektor pemerintahan yang menyebabkan ransomware bisa menyerang PDN.

Yudhi berujar, bahwa ransomware merupakan malware yang populer karena mampu menghasilkan uang yang tidak sedikit. Faktor ekonomi menjadi pendorong utama kenapa ransomware ramai digunakan peretas.

“Teknik ransomware itu populer, karena itu menghasilkan uang bagi mereka (peretas). Semua itu berkaitan dengan ekonomi, poinnya itu,” ungkap Yudhi.

Baca juga: Bamsoet Soroti Keamanan Siber RI Pasca Peretasan Data Nasional

“Saat ini, setelah mereka (peretas) tahu nilainya itu tidak kecil, mereka menggunakan itu. Dan walaupun yang diretas membayar kepada peretas, tidak ada jaminan kalau data mereka akan balik,” tambahnya.

Untuk itu, masyarakat dari berbagai kalangan perlu menyadari pentingnya menjaga diri di ranah siber. Hal paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan tidak membuka situs-situs mencurigakan secara sembarang, dan lebih waspada untuk menjaga data pribadi agar tidak disalahgunakan pihak tidak bertanggung jawab. (*) Mohammad Adrianto Sukarso

Galih Pratama

Recent Posts

Konsumsi Meningkat, Rata-Rata Orang Indonesia Habiskan Rp12,3 Juta di 2024

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pengeluaran riil rata-rata per kapita masyarakat Indonesia sebesar Rp12,34 juta… Read More

28 mins ago

Laba Bank DBS Indonesia Turun 11,49 Persen jadi Rp1,29 Triliun di Triwulan III 2024

Jakarta - Bank DBS Indonesia mencatatkan penurunan laba di September 2024 (triwulan III 2024). Laba… Read More

1 hour ago

Resmi Diberhentikan dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Saya Terima dengan Profesional

Jakarta - Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 November 2024,… Read More

2 hours ago

IHSG Ditutup Bertahan di Zona Merah 0,74 Persen ke Level 7.161

Jakarta – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada hari ini, 15 November 2024, masih ditutup… Read More

2 hours ago

Naik 4 Persen, Prudential Indonesia Bayar Klaim Rp13,6 Triliun per Kuartal III-2024

Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More

3 hours ago

Kebebasan Finansial di Usia Muda: Tantangan dan Strategi bagi Gen-Z

Jakarta - Di era digital, keinginan untuk mencapai kebebasan finansial pada usia muda semakin kuat,… Read More

4 hours ago