Perbankan

Waspada Kejahatan Siber, OJK Sebut Mayoritas Hasil Scam Mengalir ke Aset Kripto

Manado – Kejahatan siber menjadi salah satu tantangan utama industri perbankan dan lembaga keuangan. Para penjahat siber juga semakin pintar dan terorganisasi. Mayoritas dana hasil kejahatan atau scam mengalir ke aset kripto dan sulit dilacak.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan sekaligus Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, mengungkapkan, aksi para pelaku kejahatan siber semakin mengkhawatirkan. Aksi mereka semakin sistematis dan terorganisasi lintas negara. Bahkan bisa disebut sebagai scam incorporated.

Dian menyebut, dalam beberapa kasus terbaru, hasil kejahatan perbankan maupun sekuritas diketahui dialihkan ke aset kripto. Keberadaan aset kripto menjadi tantangan tersendiri bagi apara penegak hukum, karena sulit melacak dan menangkap para pelaku kejahatan.

“Sekarang hampir seluruh hasil scam yang dilakukan para penjahat itu dilarikan ke crypto asset. Dan itu ada di luar negeri semua. Sampai hari ini pun penegak hukum belum bisa menangkap siapa sebenarnya pelakunya,” kata Dian dalam ungkap seorang pejabat di sektor keuangan dalam Members Meeting ATM Bersama 2025 bertema “Boderless Connectivity: Strengthening Trust in Digital Transaction” yang diselenggarakan PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa) di Manado, Sulawesi Utara, Jum’at, 19 September 2025.

Baca juga: Investasi AI Butuh Biaya Besar, Simak Saran OJK untuk Perbankan

Dalam menghadapi situasi yang semakin serius ini, lanjut Dian, OJK terus mendorong pelaku industri keuangan, termasuk yang bergerak di bidang sistem pembayaran untuk semakin waspada.
Regulator tentu tidak tinggal diam. OJK bahkan menerapkan beberapa langkah mitigasi, termasuk yang dilakukan secara manual.

Contohnya, OJK menyurati seluruh bank untuk membatasi transaksi di akhir pekan, dan memberikan kewenangan kepada bank untuk menghentikan sementara transaksi mencurigakan selama 24 jam. Langkah ini dalam beberapa kasus dinilai efektif menyelamatkan dana nasabah.

Baca juga: Perbankan Indonesia Wajib Bergerak ke Arah Go Green, Ini Sebabnya

Kondisi ini juga menunjukkan bahwa sistem deteksi otomatis yang kita miliki dalam menghadapi pola kejahatan digital masih relatif lemah. Sedangkan pelaku kejahatan digital semakin pintar. Pola kejahatan juga semakin berkembang.

“Situasi yang dihadapi sektor pembayaran dan keuangan saat ini memang sangat serius. Kewaspadaan harus terus ditingkatkan,” lanjutnya.

Ke depan, kolaborasi lintas sektor dinilai menjadi kunci. OJK, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Kementerian Kominfo, serta pelaku industri didorong untuk memperkuat kerja sama dalam membangun arsitektur pengamanan digital. (*) Ari Astriawan

Galih Pratama

Recent Posts

Obligasi Hijau, Langkah Pollux Hotels Menembus Pembiayaan Berkelanjutan

Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More

10 hours ago

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

16 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

17 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

18 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

19 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

1 day ago