Keuangan

Warga RI Gemar Utang Pinjol Konsumtif, Ternyata Buat Ini

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih banyak menemukan masyarakat yang memanfaatkan pinjaman online (pinjol) atau fintech peer to peer (P2P) lending untuk kegiatan yang konsumtif dibandingkan produktif.

Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Kuseryansyah, menilai berdasarkan survei, bahwa sebanyak 35% masyarakat yang melakukan pinjaman secara konsumtif sebenarnya digunakan untuk kegiatan produktif sebagai dukungan usaha mereka.

Baca juga: OJK Ungkap 33 Perusahaan Pinjol Belum Penuhi Modal Minimum

Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan dana yang mendesak dan memerlukan dana yang cepat, sehingga pinjol menjadi salah satu pilihan dan diandalkan bagi masyarakat.

“Coba bayangkan saja perlu uang sekarang Rp3 juta dari semua platform keuangan yang ada kalian mau kemana opsinya, bank? Mungkin ga apply sekarang cairnya sekarang. Fintech kelebihannya disitu, saya perlu hari ini dan hari ini saya dapat,” ucap Kuseryansyah kepada media di Jakarta, 14 Juli 2023.

Kemudian, bagi masyarakat yang masih kurang bijak dalam menggunakan pinjol tersebut perlu diberikan edukasi maupun literasi yang terus menerus agar tidak menyalahgunakan pinjaman.

“Supaya orang bijak bahwa pinjaman itu bukan pemberian, tetapi pinjaman itu adalah bridging atau support bahwa dana yang dipinjam itu ada yang punya, makanya sebagai peminjam harus wise (bijak),” imbuhnya.

Kuseryansyah juga mengimbau bagi masyarakat, bahwa pendapatan maksimum yang boleh didapatkan melalui pinjol hanya sebesar 30% tidak lebih dari batasan tersebut.

“Jadi bijak dan tau aturan kalo punya income maksimum yang dipakai cicilan itu hanya 30%. Lebih rendah lebih bagus,” ujar Kuseryansyah.

Baca juga: Ramai-Ramai Warga ‘Serang’ Pinjol Ilegal, Pinjam Uang Tapi Ogah Bayar

Adapun, dirinya menyebutkan bahwa pinjaman untuk hal-hal yang konsumtif murni biasanya terkait dengan kebutuhan pendidikan, kesehatan, keadaan yang mendesak, atau bisa juga untuk membeli kebutuhan elektronik yang mendukung.

“Konsumtifnya itu biasa dipakai untuk bridging-bridging, misal mau beli tiket berangkat ke Manado tanggal 27, saya baru bisa beli pada tanggal 25 selepas gajian. Tapi itu akan mahal. Di sisi lain, saya juga punya opsi, tanggal 5 atau 10 kita bisa beli tiket dengan harga yang masih economy based. Ini bisa pinjam ke fintech,” tambahnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

IHSG Hijau, Hampir Seluruh Saham Indeks INFOBANK15 Menguat

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Jumat, 25 April 2025 kembali… Read More

12 hours ago

IHSG Menguat, Berikut 5 Saham Penyumbang Terbesar Pekan Ini

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan 21-25 April 2025 mengalami penguatan sebesar… Read More

12 hours ago

BEI: IHSG Naik 3,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Sentuh Rp11.561 Triliun

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan bahwa data perdagangan saham pada pekan ini,… Read More

12 hours ago

Pakaian Bekas Disulap Jadi Produk Bernilai Ekonomi, Ini Langkah Tugu Insurance

Jakarta - PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) melalui #BaktiTugu berkolaborasi dengan Ecotouch untuk… Read More

14 hours ago

Gandeng BCA Life, blu by BCA Digital Luncurkan Asuransi Proteksi Ini

Jakarta - PT Bank Digital BCA (BCA Digital) atau blu by BCA menggandeng PT Asuransi Jiwa… Read More

18 hours ago

ISEI Ajak Percepat Hilirisasi Perikanan untuk Dorong Ekonomi

Jakarta – Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) mendorong percepatan hilirisasi sektor perikanan lewat investasi dan… Read More

19 hours ago