Perbankan

Wani Sabu BCA: Antisipasi Kejahatan Siber, Edukasi Nasabah jadi Kunci

Bali – Digitalisasi dalam sektor perbankan dan keuangan makin gencar dilakukan. Pada Bank Central Asia (BCA), terdapat 99,8% nasabah yang melakukan transaksi digital dan hanya 0,2% nasabah yang masih bertransaksi di cabang. Berkaca pada hal itu, para bankir harus bisa membuat kebijakan dan antisipasi dari serangan siber yang mengancam transaksi keuangan berbasis digital.

Wani Sabu, Executive Vice President Center of Digital BCA, yang juga Ketua Komite Keamanan Siber Perbanas mengungkapkan, kejahatan siber bukanlah kejahatan yang menyerang sistem bank tetapi pada kenyataannya 99% kasus menyerang social engineering.

“Social Engineering adalah kejahatan yang memengaruhi pikiran kita, kadang masyarakat dibuat panik, happy, excited karena penawaran mereka kemudian, secara tidak langsung data mereka disusupi penjahat dan penjahat itu membuat kita mau mengikuti apa yang penjahat itu bilang,” jelas Wani dalam webinar “Gain Customer Trust in The Financial Services Industry Trough Secure and Reliable Digital Solutions”, Kamis 25 Agustus 2022.

Dia juga menjabarkan bahwa BCA mencatat, 2.000 kasus serangan siber dapat terjadi dalam satu bulan dan nasabah usia 30-an lebih sering menjadi korban. Oleh karena itu, dibutuhkan edukasi yang lebih gencar kepada nasabah mengenai kejahatan siber dari setiap bank dan jasa keuangan.

“Kita harus mengedukasi dengan tepat sasaran makanya kita petakan siapa saja yang menjadi korban siber dari bank kita. Kemudian, kita mengedukasi melalui media behaviour seperti acara tv, press release, dan iklan sehingga, nasabah terhibur dan secara tidak langsung teredukasi,” ujar Wani.

Selain mengedukasi nasabah, bank juga harus melakukan kerja sama antar bank dan pemangku kebijakan sehingga dapat mengatasi serangan siber dengan lebih cepat dan tepat. Sebab, salah satunya, dalam satu hari terdapat puluhan akun palsu dari bank yang beredar di media sosial yang harus cepat ditangani sebelum nasabah menjadi korban.

“Okelah, dalam marketing kita saling bersaing tapi kalau sudah mengenai serangan siber atau fraud kita harus berkolaborasi dari BI, OJK, dan bank-bank lainnya. Bukan karena sulit menjadi tidak berani tetapi karena tidak beranilah, maka segala sesuatu menjadi sulit,” tutup Wani. (*) Fatin

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

6 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

7 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

10 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

10 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

11 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

13 hours ago