Ilustrasi batu nisan (foto: istimewa)
Jakarta – Indonesia yang dikenal sebagai salah satu eksportir batu nisan terbesar ke negara seperti Amerika Serikat dan Jepang, rupanya masih mengimpor batu nisan dari luar negeri, khususnya dari China.
Lantas, mengapa RI masih tergantung pada impor?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya melihat nilai histori impor batu nisan RI dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Nilai Impor RI Naik 0,38 Persen jadi USD18,92 Miliar di Maret 2025
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor batu nisan dengan kode HS 68029900 sempat mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir, sebelum akhirnya melonjak pada 2024.
Pada tahun 2019, nilai impor tercatat sebesar USD1,93 juta dan naik menjadi USD2,35 juta di tahun 2020.
Namun, sejak 2021, tren impor mulai turun, bahkan mencapai titik terendah sebesar USD948 ribu pada 2022.
Akan tetapi, pada 2024 impor kembali naik menjadi USD1,59 juta atau sekitar Rp26,74 miliar (dengan kurs USD1 = Rp16.820), menunjukkan adanya peningkatan permintaan terhadap batu nisan dari luar negeri.
Berdasarkan data yang sama, China menjadi pemasok terbesar batu nisan ke Indonesia dengan nilai mencapai USD747 ribu, disusul Hong Kong (USD582 ribu), India dan Brasil dengan kontribusi lebih kecil.
Dominasi China dalam pasar impor ini bukan hal yang mengejutkan, mengingat Negeri Tirai Bambu tersebut dikenal memiliki industri batu alam yang besar serta mampu menawarkan harga yang kompetitif.
Baca juga : Pemerintah Diminta Hati-hati Terapkan Rencana Hapus Kuota Impor
Meskipun Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah untuk industri batu nisan–seperti marmer, granit dan batu pasir–rupanya ada beberapa alasan mengapa impor masih dilakukan.
Batu nisan impor, khususnya dari China dan Hong Kong, memiliki karakteristik berbeda dari produk lokal: teksturnya lebih keras dan padat, tahan cuaca, serta tampilannya lebih elegan dan modern.
Sebagian besar batu nisan dari China terbuat dari granit hitam pekat yang dikenal sebagai “Black Nero”.
Sebaliknya, batu lokal cenderung lebih beragam warnanya seperti abu-abu, merah muda, atau bergaya rustic dari batu pasir—jenis yang belum tentu disukai semua konsumen.
Harga batu nisan impor umumnya lebih murah karena efisiensi produksi yang tinggi di negara asal.
Bagi sejumlah importir atau pengrajin lokal, membeli batu nisan dari China bisa menjadi pilihan ekonomis, terutama jika membutuhkan bahan baku dalam jumlah besar dengan harga kompetitif. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More