Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (tengah). (Foto: Irawati)
Poin Penting
Jakarta – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai posisi utang Indonesia yang mencapai Rp9.138 triliun per akhir Juni 2025 masih berada dalam batas aman.
Purbaya menyatakan, masyarakat tidak perlu khawatir terhadap besaran utang tersebut. Sebab, indikator utama lembaga internasional dalam menilai utang suatu negara adalah kemauan dan kemampuan pemerintah untuk membayar.
“Kenapa Anda khawatir tentang utang? Kata siapa (Indonesia tak mampu bayar utang)? Kalau Anda belajar fiskal kan tahu rasio ukuran satu negara bisa bayar utang seperti apa, mau atau mampu?,” kata Purbaya dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia INDEF, dikutip, Rabu, 29 Oktober 2025.
Baca juga: Menkeu Purbaya Janji Kurangi Utang: Tidak Boleh Ada Kebocoran!
Purbaya menjelaskan, secara internasional terdapat dua indikator penting dalam menilai kemampuan fiskal suatu negara, yakni rasio defisit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan rasio utang terhadap PDB.
Berdasarkan standar internasional, batas aman defisit anggaran negara adalah 3 persen terhadap PDB dan rasio utang 60 persen terhadap PDB.
Sementara itu, kondisi fiskal Indonesia masih di bawah ambang tersebut. Pada kuartal III 2025, defisit APBN tercatat 1,56 persen terhadap PDB, sedangkan posisi utang berada di level 39,86 persen terhadap PDB per Juni 2025.
“Jadi dengan standar internasional yang paling ketat pun, kita masih prudent. Lihat negara-negara Eropa, semua mendekati 100 persen sekarang (utang). Amerika ada 100 persen debt to GDP ratio-nya. Jepang 275 persen. Singapura ada 100 persen, gede banget. Jadi dari ukuran itu harusnya kita aman. Jadi enggak usah terlalu panik,” ungkapnya.
Baca juga: Purbaya Beberkan Strategi Pengelolaan Utang RI yang Tembus Rp9.000 Triliun
Purbaya pun memastikan bahwa pemerintah akan menjaga disiplin fiskal agar defisit tetap berada di bawah 3 persen terhadap PDB.
“Kita ajarin masyarakat bahwa kita aman dan saya nggak akan tembus 3 persen feficit to GDP ratio anytime soon. Saya akan jaga terus tahun ini, tahun depan, tahun depan,” tandasnya.
Meski demikian, Purbaya membuka peluang untuk menyesuaikan strategi fiskal apabila pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai level 7 persen.
“Nanti kalau tumbuh kita sudah misalnya 7 persen, kita pertimbangkan perlu enggak kita kurangin pajak? Atau perlu enggak kita kurangin debt-nya? Atau perlu enggak kita tambahin debt-nya untuk menembus 8 persen? Tapi kan hitungannya clear di atas kertas. Kalau sudah 7 persen saya naikin sedikit, orang juga happy,” imbuhnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More
Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More
Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More
Poin Penting Roblox resmi ditunjuk DJP sebagai pemungut PPN PMSE, bersama empat perusahaan digital lainnya.… Read More
Poin Penting ASII membuka Astra Auto Fest 2025 di BSD sebagai upaya mendorong pasar otomotif… Read More
Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More