Ekonomi dan Bisnis

UMKM Anggap Biaya E-Commerce Investasi, Dongkrak Penjualan Lewat Promosi

Poin Penting

  • Mayoritas seller UMKM melihat seluruh komponen biaya e-commerce sebagai investasi yang efektif meningkatkan penjualan, exposure, dan kinerja bisnis (skor persepsi 8,31–8,56).
  • Sebanyak 91,2 persen responden menilai biaya platform sebanding dengan manfaat seperti visibilitas lebih tinggi, traffic meningkat, dan dukungan fitur promosi.
  • Alokasi biaya terbesar diarahkan untuk program diskon/promo (16,7 pesen), menegaskan bahwa strategi harga dan promosi masih menjadi andalan utama seller untuk menarik pembeli.

Jakarta – Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berjualan secara online semakin menyadari bahwa komponen biaya di e-commerce adalah investasi. Biaya promosi dianggap sepadan untuk meningkatkan penjualan.

Hal itu terefleksi dalam riset bertajuk “Biaya Tambahan dan Strategi Penjualan: Membaca Suara Seller E-Commerce” yang dirilis Katadata Insight Center (KIC).

“Sejumlah seller mulai memandang biaya administrasi dan komponen biaya lainnya sebagai bagian dari investasi yang berpotensi meningkatkan penjualan dan pertumbuhan bisnis UMKM,” ujar Direktur Eksekutif KIC, Fakhridho Susilo dalam keterangan resmi, dikutip Rabu, 26 November 2025.

Fakhrido mengungkapkan, komponen biaya e-commerce yang paling banyak diketahui para penjual adalah admin fee/komisi (41,5 persen), payment fee (34,2 persen), biaya ongkos kirim subsidi (29,1 persen), diskon/promo (13,8 persen), biaya operasional tambahan (9,3 persen), biaya iklan/ads (7,3 persen), biaya kampanye/campaign (1,3 persen), dan lainnya (21,1 persen).

Baca juga: Bos Pajak: PPh E-Commerce Ditunda Sampai Ekonomi Tumbuh 6 Persen

Sebagian besar seller menganggap komponen biaya itu masuk dalam perhitungan strategi dalam mendongkrak penjualan. Pertama, hasil survei dengan skor 8,39 (skala 1-10) yang menunjukkan bahwa mayoritas seller mengalokasikan biaya platform dalam rencana strategi bisnis mereka.

Kedua, penjual meliatnya sebagai investasi (skor 8,45), yang efektif meningkatkan penjualan dan paparan (exposure produk). Ketiga, seller menilainya dari segi hasil (8,31). Keempat, sebagai kontribusi (8,56).

Hasil itu menegaskan temuan bahwa mayoritas seller benar-benar merasakan hasil dan kontribusi nyata dari biaya yang mereka keluarkan terhadap performa bisnis.

Selanjutnya, dari sisi manfaat, komponen-komponen biaya itu dinilai mayoritas (91,2 persen) responden sebanding dengan hasil yang didapat. Terutama, dalam hal visibilitas, traffic pembeli, dan dukungan fitur promosi yang ditawarkan.

“Dari biaya yang seller keluarkan untuk berjualan di e-commerce, sebagian besar seller menilai bahwa biaya platform e-commerce tersebut sudah sebanding dengan manfaat yang mereka peroleh,” jelas Fakhridho.

Sementara, Diah Ayuh Normalitasari, Pemilik Toko Diah Shop/Pawon Lita, salah satu respons survei ini mengatakan, biaya tambahan di e-commerce sebagai keharusan sekaligus sebagai bentuk investasi operasional ketika berjualan secara online. Akses layanan dan fasilitas promosi e-commerce perlu diimbangi dengan kontribusi biaya dari seller.

Customer juga paham ada biaya platform dan tetap membeli, jadi masih bisa kami sesuaikan. Kadang kalau ditanya kenapa harga naik, saya jelaskan sekarang banyak program promo dan biaya admin juga, mereka ngerti karena sering belanja online,” terangnya.

Selain itu, hasil survei menunjukkan bahwa responden paling banyak mengalokasikan biaya untuk program diskon atau promo (16,7 persen).

Lalu diikuti oleh biaya operasional tambahan (15,1 persen), admin fee/komisi (14,5 persen), biaya iklan (14,2 persen), biaya kampanye (13,7 persen), biaya ongkir subsidi (13,2 persen), dan payment fee (12,7 persen).

Baca juga: Soroti Daya Saing E-Commerce, Ini Pesan Airlangga ke Mendag

Temuan ini membuktikan bahwa strategi harga dan promosi masih menjadi pendekatan utama seller untuk menarik pembeli dan meningkatkan volume penjualan.

Sebagai informasi, riset ini dilakukan dengan mixed method di periode 19 September 2025 sampai 9 Oktober 2025.

Riset diawali dengan survei kuantitatif secara online terhadap 602 seller kategori UMKM yang sudah berjualan paling tidak selama 1 tahun. Survei kemudian dilanjutkan dengan wawancara mendalam (In-Depth Interview). (*) Ari Astriawan

Galih Pratama

Recent Posts

Balikkan Keadaan, Emiten PEHA Kantongi Laba Bersih Rp7,7 M di September 2025

Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More

35 mins ago

Unilever Bakal Tebar Dividen Interim Rp3,30 Triliun, Catat Tanggalnya!

Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More

41 mins ago

Hadapi Disrupsi Global, Dua Isu Ini Menjadi Sorotan dalam IFAC Connect Asia Pacific 2025

Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More

1 hour ago

BAKN DPR Minta Aturan Larangan KUR bagi ASN Ditinjau Ulang, Ini Alasannya

Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More

2 hours ago

IHSG Sesi I Ditutup Menguat ke 8.655 dan Cetak ATH Baru, Ini Pendorongnya

Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More

3 hours ago

Konsumsi Produk Halal 2026 Diproyeksi Tumbuh 5,88 Persen Jadi USD259,8 Miliar

Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More

4 hours ago