COVID-19 Update

UGM: Mutasi Covid-19 Terus Berlangsung

Jakarta – Belum lama India mengidentifikasi adanya varian virus corona baru dengan tiga mutasi atau triple mutations. Varian yang dikenal dengan B.1.618 ini merupakan hasil evolusi dari mutasi ganda yang sebelumnya dikenal dengan varian B.1.617.

Menanggapi hal tersebut Pakar Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM, dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D., menyebutkan mutasi COVID-19 akan terus berlangsung. Oleh sebab itu, ia meminta masyarakat untuk tetap patuh menjalankan protokol kesehatan (prokes). Begitupun usai menerima vaksin, masyarakat diminta untuk disiplin terhadap prokes sebab risiko infeksi masih dapat terjadi.

“Mutasi virus tidak akan pernah selesai. Sifat mutasi ini perlu diwaspadai, tetapi tidak perlu khawatir berlebihan dengan tetap menerapkan prokes,” kata Gunadi melalui keterangan resminya di Jakarta, Jumat 30 April 2021.

Dosen FK-KMK UGM ini menjelaskan varian corona baru dengan dua atau tiga mutasi dari India sampai saat ini belum terdeteksi di Indonesia menurut data GISAID, namun bisa saja kedepannya akan muncul di tanah air karena sebelumnya varian Inggris B.1.1.7 juga sudah terdeteksi di Indonesia. Faktor mobilitas yang tinggi dan rendahnya penerapan prokes di masyarakat memperbesar peluang transmisi virus corona varian baru ini.

“Supaya di tanah air tidak terjadi seperti di India maka perlu disiplin terhadap prokes. Meski sudah divaksin jangan lantas longgarkan prokes karena masih bisa terinfeksi,” terangnya.

Ia mengatakan saat ini belum ada studi atau penelitian terhadap tripel mutasi. Namun, yang perlu diwaspadai dari varian B.1.618 ini adalah mengandung tiga mutasi pada receptor binding domain (RBD) protein S yang berikatan langsung dengan sel inang manusia yaitu E484Q, L452R, dan V382L.

Mutasi E484Q terletak pada lokasi yang sama dengan mutasi E484K yang dideteksi pada varian Afrika Selatan dan Brazil sehingga mutasi E484Q diduga mempunya sifat yang sama dengan E484K yaitu bisa menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.

“Saat ini belum ada bukti penelitian yang menunjukkan bahwa varian B.1.617 maupun B.1.618 memengaruhi kecepatan transmisi/penularan, keparahan penyakit COVID-19 serta efektivitas vaksin,” pungkasnya.

Suheriadi

Recent Posts

AXA Mandiri Meluncurkan Produk Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera

Suasana saat konferensi pers saat peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera di Jakarta. Presiden Direktur… Read More

4 hours ago

Bank NTT dan Bank Jatim Resmi Jalin Kerja Sama Pembentukan KUB

Jakarta - PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) resmi menandatangani nota… Read More

4 hours ago

Ekonomi RI Tumbuh 4,95 Persen di Kuartal III 2024, Airlangga Klaim Ungguli Singapura-Arab

Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More

6 hours ago

AXA Mandiri Hadirkan Asuransi Dwiguna untuk Bantu Orang Tua Atasi Kenaikan Biaya Pendidikan

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More

7 hours ago

Sritex Pailit, Pemerintah Diminta Fokus Berantas Impor Ilegal dan Revisi Permendag 8/2024

Jakarta - Koordinator Aliansi Masyarakat Tekstil Indonesia (AMTI) Agus Riyanto mengapresiasi langkah cepat Presiden Prabowo… Read More

8 hours ago

Pemerintah Bahas Revisi PP 51 Terkait Upah Minimum Provinsi

Jakarta - Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyatakan pemerintah tengah membahas revisi Peraturan… Read More

8 hours ago