Categories: Keuangan

Tutupi Kebutuhan Belanja Negara, Pemerintah Pinjam ADB

Pemerintah memilih berutang ke pihak ADB, karena tingkat bunga ADB yang tidak begitu tinggi. Rezkiana Nisaputra

Jakarta – Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku, pinjaman yang akan diberikan dari Asian Development Bank (ADB) sebesar US$400 juta untuk Indonesia, bertujuan untuk menutupi kebutuhan belanja negara, sehingga berdampak kepada perekonomian nasional.

Menurutnya, selama kebutuhan utang dipergunakan untuk perbaikan ekonomi, maka tidak ada masalah. Dia mengungkapkan, bahwa kebutuhan utang pemerintah diibaratkan sama dengan perusahaan yang ingin mengembangkan bisnisnya lewat pinjaman bank.

“Tidak mungkin berbisnis bisa berkembang tanpa utang. Kalau mau pertumbuhan harus ada utang yang dibutuhkan, tapi utangnya untuk apa harus jelas. Di pemerintah juga sama, kita untuk menutupi kebutuhan belanja,” ujar Bambang, di Jakarta, Senin, 7 September 2015.

Lebih lanjut dia menegaskan, pemerintah memilih berhutang ke pihak ADB sejalan dengan tingkat bunga yang tidak begitu tinggi. “Saya rasa selama digunakan untuk produktif itu tidak masalah utang, apalagi kalau utangnya ke Worldbank dan ADB, mereka bunganya rendah,” tukasnya.

Sebelumnya Vice President for Knowledge Management and Sustainable Development ADB, Bambang Susantono mengatakan, pinjaman yang akan diberikan ADB untuk Indonesia sebesar US$400 juta, untuk mempererat koordinasi sektor finansial di Indonesia.

“Itu dipersiapkan bersama, untuk memperat koordinasi sektor financial, membuka peluang pengembangan instrumen finansial. Misalnya yang nabung di bank gak banyak, ini butuh edukasi, itu butuh capacity building,” ucapnya.

Menurutnya, pihaknya memberikan pinjaman sangat murah dibandingkan dengan biaya pasar. Tahun depan, ADB juga mengusulkan stand by loan sekitar US$2,2 miliar untuk energi, energi terbarukan, pendidikan, dan berkaitan dengan proyek-proyek Kementerian PU (Pekerjaan Umum) khususnya ketahanan pangan seperti irigasi.

Stand by loan sebesar US$2,2 miliar tersebut merupakan pinjaman jangka panjang dengan tenor 15-25 tahun, dan tingkat bunga yang sama.

Sementara itu, Deputy Country Director ADB, Edimon Ginting juga mengatakan, bahwa pinjaman yang sebesar US$400 juta tersebut bertenor 15 tahun. “Itu biasanya 15 tahun, 3 tahun grace period-nya dan LIBOR +50 bps, jangka panjang, itu bisa dipakai pemerintah melalui anggaran, jadi bisa dipakai pemerintah untuk infrastruktur tapi melalui anggaran,” tambahnya. (*)

Apriyani

Recent Posts

BPS Laporkan Impor Susu RI Naik 7,07 Persen per Oktober 2024

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume impor susu Indonesia pada periode Januari-Oktober 2024 sebesar 257,30… Read More

1 hour ago

Laba BCA Digital Terbang 532,7 Persen per September 2024, Ini Pendorongnya

Jakarta - PT Bank Digital BCA (BCA Digital) berhasil mencatatkan kinerja keuangan impresif pada kuartal… Read More

2 hours ago

Kinerja Positif, Seabank Salurkan Kredit Rp50 Triliun Lebih per Kuartal III 2024

Jakarta - PT Bank Seabank Indonesia atau SeaBank kembali mencatat kinerja keuangan yang positif, ditandai… Read More

2 hours ago

Naik 16,54 Persen, Impor RI Oktober 2024 Tembus USD21,94 Miliar

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor pada Oktober 2024 sebesar USD21,94 miliar atau naik 16,54… Read More

2 hours ago

Bank Banten Ungkap Rencana Take Over Kredit ASN di Kabupaten Lebak dan Kota Serang

Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) berencana mengambil alih (take over)… Read More

2 hours ago

Ekspor RI Naik 10,69 Persen jadi USD24,41 Miliar di Oktober 2024

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor pada Oktober 2024 mengalami peningkatan. Tercatat, nilai ekspor Oktober… Read More

2 hours ago