Jakarta – Pengamat Energi Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, meledaknya tungku smelter yang terjadi di PT IMIP Morowali, Sulawesi Tengah membuktikan bahwa investor smelter mengabaikan mining savety standar.
“Ada indikasi bahwa pemerintah lebih mementingkan kepentingan investor ketimbang keselamatan kerja karyawan,” kata Fahmy, kepada Infobanknews, Selasa (16/12).
Ia mengatakan, penerapan standar K3 seharusnya mengacu pada standar international, bukan standar nasional maupun China. Sebab, investor China biasanya cenderung minimizing cost, termasuk mining savety cost.
Oleh karena itu, pihaknya meminta pemerintah bersikap tegas perihal standar keselamatan internasional (international safety standard) menyusul kecelakaan kerja yang menewaskan 13 orang karyawan.
Baca juga: Kemnaker Tindaklanjuti Ledakan Tungku Smelter, PT ITTS Tak Terapkan Standar K3?
“Pemerintah harus memberlakukan savety international standar dengan zero accidents kepada seluruh investor, termasuk investor China. Jangan lebih mementingkan masuknya investor smelter dengan mengabaikan savety system,”paparnya.
Ia juga meminta agar secara reguler diadakan audit keselamatan untuk memastikan bahwa sistem keselamatan bekerja sesuai standard yang berlaku.
Seperti diketahui, pada Minggu (24/12), terjadi ledakan tungku smelter nikel di salah satu pabrik pengolahan nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS).
Peristiwa naas tersebut menyebabkan 13 orang karyawan tewas. Terdiri atas 4 tenaga kerja asing (TKA) asal China dan 9 tenaga kerja Indonesia (TKI).
Sementara itu, 39 orang yang mengalami luka-luka atas peristiwa tersebut telah mendapat perawatan intensif.
Selain itu, 29 korban mengalami luka berat, 12 korban mengalami luka sedang, dan 5 korban mengalami luka ringan.
Baca juga: Smelter Dikuasai Asing, Menteri Bahlil Beberkan Pemicunya
Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan mengatakan, manajemen perusahaan telah menanggung seluruh biaya perawatan bagi korban dan memenuhi hak dan kewajiban para korban.
Ia menjelaskan, hasil investigasi awal, penyebab ledakan diperkirakan karena bagian bawah tungku masih terdapat cairan pemicu ledakan. Saat proses perbaikan tersebut, terjadi ledakan.
“Adapun di lokasi juga terdapat banyak tabung oksigen yang digunakan untuk pengelasan dan pemotongan komponen tungku. Akibatnya, ledakan pertama memicu beberapa tabung oksigen di sekitar area ikut meledak,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More