Jakarta – Menjelang pesta rakyat Pemilihan Presiden (Pilpres) yang akan digelar pada 17 April 2019, perbankan cenderung hati-hati menyalurkan kreditnya. Apalagi, suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate yang sudah naik sebanyak 175 basis points (bps) menjadi 6 persen juga menjadi alasan bagi bank untuk menahan menyalurkan kreditnya.
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI sudah mulai terdampak terhadap suku bunga bank baik kredit. Saat ini, perbankan pun perlahan sudah mulai menaikan suku bunga kreditnya. Namun, bank saat ini lebih memilih menunda kenaikan bunga lebih kencang karena bisa berpengaruh terhadap risiko kredit macet.
“Semua (bank) juga tahan penyaluran kredit menanti hasil Pilpres nanti. Dampak kenaikan bunga acuan sudah mulai terasa, bank lebih tahan penyaluran kreditnya. Makanya undisbursed loan naik signifikan. Pengusaha juga keberatan dengan bunga yang semakin mahal,” ujar Bhima ketika dihubungi di Jakarta, Kamis, 21 Maret 2019.
Selain bunga kredit, kata dia, bagi bank kenaikan bunga hanya akan membuat likuiditas mengetat karena terjadi perebutan dana dipasar antara bank dengan Surat Berharga Negara (SBN) yang memiliki bunga yang lebih menarik bila dibandingkan dengan deposito perbankan. Oleh sebab itu, investor pun cenderung lebih memilih SBN dibandingkan deposito.
Upaya pemerintah yang menerbitkan 10 SBN ritel sepanjang 2019 dapat mengancam likuiditas. Alasannya, imbas penerbitan SBN ritel ini akan memicu terjadinya perebutan dana masyarakat antara perbankan dengan pemerintah. Langkah makroprudensial yang dilakukan BI seperti aktivasi termin repo reguler, dan pelonggaran GWM juga dianggap sebagai solusi jangka pendek.
“Bagi bank kenaikan bunga hanya akan membuat likuiditas mengetat karena terjadi perebutan dana di pasar antara bank dengan SBN,” tegas Bhima.
Berdasarkan data uang beredar BI, simpanan berjangka pada Januari 2019 mencapai Rp2.425,1 triliun, lebih rendah bila dibandingkan dengan posisi simpanan berjangka di Desember 2018 yang tercatat sebesar Rp2.395,4 triliun. Sedangkan jika dilihat dari pertumbuhannya juga mengalami perlambatan, di mana pada Januari 2019 simpanan berjangka tercatat tumbuh 5,4 persen (yoy) dibanding Desember 2018 yang mampu tumbuh 5,6 persen (yoy).
Adapun, rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka pada sebagian besar tenor juga meningkat pada Januari 2019. Suku bunga simpanan berjangka tenor 3, 6, 12 dan 24 bulan tercatat masing-masing sebesar 6,91 persen, 7,20 persen, 6,69 persen, dan 7,27 persen, meningkat dibandingkan dengan suku bunga pada bulan sebelumnya sebesar 6,84 persen, 7,06 persen, 6,51 persen, dan 7,21 persen.
Sementara, rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka tenor 1 bulan relatif stabil, yaitu sebesar 6,91 persen pada Januari 2019 dan 6,92 persen pada Desember 2018. (*)
Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More
Jakarta - PT Mandiri Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil pada kisaran… Read More
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Jakarta - Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Suharyono menjelaskan kronologis polisi tembak polisi yang melibatkan bawahannya,… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung mendukung langkah PLN… Read More