Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Media Group. (Foto: Dok. Infobank)
Oleh Eko B. Supriyanto, Pemimpin Redaksi Infobank
JADI bankir Bank Pembangunan Daerah (BPD) itu tak cukup hanya pintar, tapi harus pintar-pintar. Nasibnya tak menentu. Rapat biasa soal kinerja bisa saja berujung pada pencopotan. Tapi, kalau “pintar-pintar” bisa sampai tiga periode. Kinerja bukan lagi sebuah ukuran untuk terus bisa duduk di kursi direksi. Nasib bank selanjutnya seperti tak dihiraukan.
Semua tergantung pemegang saham. Hari-hari ini sering terdengar pencopotan direksi BPD secara mendadak. Sebut saja di Bank Sumut yang secara mendadak mencopot Rahmat F. Pohan sebagai Dirut Bank Sumut.
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More
View Comments
Setuju sekali. Imbas warisan nenek moyang bukan hanya terasa pada direksi. PD karyawan yg notabene bekerja mati Matian membuat prestasi tertindas dn kalah oleh kepentingan karyawan yg menggunakan nama pejabat Pemda. Kelompok kelompok yg membawa nama pejabat menjadi dominan sehingga manajemen BPD dikategorikan perusahaan berbasis KKN. Bubarkan SJ masih banyak bank pemerintah yg LBH solid utk dipertahankan yg TDK menimbulkan kezoliman akut.