Oleh: Christianto Wibisono
Saya baru menyelesaikan penulisan buku Anti Memoir yang merupakan kontemplasi perjumpaan saya dengan tokoh dan peristiwa yang berdampak bagi masyarakat dan nation state Indonsia dan sampai pada pemikiran mendasar tentang perspektif sejarah dan masa depan Indonesia sbb :
- Eksistensi profil dan anatomi nation state Indonesia sangat bergantung pada rasa percaya diri (assertiveness) bahwa kita pernah menjadi imperium besar dengan proven monument Borobodur di 830 yang setara piramida Mesir. Jadi tidak ada alasan untuk inferior @ pesimis.
- Kita sudah punya Kelas Menengah yang pada 1946 sudah rela mempertaruhkan harta mereka dengan membeli obligasi Pinjaman Nasional senilai F 318 juta di Jawa dan F208 juta di Sumatra.
- Kemudian RI mengawali eksistensi pasca pengakuan kedaulatan di KMB yang membabani kita dengan utang Hindia Belanda US$ 1,1 milyar. Selanjutnya selama 53 tahun dibawah2 presiden rezim kiri maupun kanan, keduanya tidak mampu mempertahankan dan menumbuhkan produktitivas ekonomi RI karena ICOR tinggi 6,4 Inilah warisan yang harus diatasi selama 20 tahun pasca Reformasi 1998. Trauma 3 x sanering 1950, 1959 dan 1965) dan 5 x devaluasi 1970, 1971, 1978, 1983, 1986) dan krismon 1998 mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat kepada rupiah menguasai perilaku ekonomi mereka.
- Pemerintah Indonesia telah 3 kali melakukan pengampunan pajak 1964, 1984 dan 2016. Yang ketiga relatif paling sukses dibanding pelbagai negara lain. PDBI memantau data eksistensi rekening model ACU di Singapore yang lahir 1968 menyusul sukses Euro Currency Unit (ECU) di London 1957 dan MAS bulletin Jan 2019 mencatat total assets ACU US$ 1,3 milyar. Pada tahun 1991 AT Kearney mengestimasi bahwa 41% ACU berasal dari Indonesia. PDBI menilai 41% terlalu tinggi barangkali sekitar 20%, sebab yang berjubel di ACU bukan hanya dari ASEAN tapi dari seluruh penjuru dunia termasuk dari Eropa dan America. Ikuti ulasan PDBI berjudul IMPERIUM ASEAN RAYA –POROS JAKARTA SINGAPURA
- PDBI mengusulkan kepada Pemerintah untuk mendayagunakan assets dana ACU yang bukan hanya milik RI tapi milik investor global. Mereka mendepositokan dana ACU kan ingin memperoleh return juga. Itu hanya bisa ditarik dengan fasilitas menarik dan aman nyaman dari turbulensi politik
- Pemerintah Jepang juga berutang kepada rakyatya sendiri. APBN Jepang 2019 sebesar 99 triliun Yen, 63% dari pajak, 5% PNBP dan 32% obligasi diantaranya 6% untuk infrastruktur.
- PDBI mengusulkan Pemerintah mengidentifikasi proyak infrastruktur apa yang bisa ditawarkan kepada investor pemilik dana ACU. Dikemas sebagai Trust Nasional Seabad Indonesia (TNSI) jatuh tempo 2045. Singapura sendiri juga berkepentingan bahwa dana ACU itu tidak cuma diparkir mubazir tapi di produktifkan menjadi proyek infratruktur dan industrial komersial pelaju ekonomi regional ASEAN dengan Indonesia sebagai CEO dan Indonesia Inc secara geopolitik menjadi pemegang saham mayoritas ASEAN RAYA. Inilah hakekat optimalisasi diplomasi global era win win solution,no free lunch in the world; no more diplomasi payungan yang tidak berbuah imbalan bagi kita.
Penulis adalah Ketua Pendiri PDBI