Internasional

Trump Tunda Tarif Resiprokal 90 Hari, Kecuali untuk China

Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan penundaan selama 90 hari atau 3 bulan pemberlakuan tarif impor resiprokal kepada berbagai negara, termasuk Indonesia yang sebelumnya dikenai 32 persen.

Negara-negara yang terdampak oleh kebijakan tarif timbal balik tersebut akan kembali diberlakukan tarif universal sebesar 10 persen.

Baca juga : Ekonomi antara Teori dan Praktik, Setelah “Beyond” Ekonomi Donald Trump

“Berdasarkan fakta bahwa lebih dari 75 negara telah memanggil perwakilan AS, termasuk Departemen Perdagangan, Keuangan, dan USTR, untuk merundingkan solusi bagi subjek yang sedang dibahas terkait perdagangan, hambatan perdagangan, tarif, manipulasi mata uang, dan tarif non-moneter, dan bahwa atas saran saya, negara-negara ini tidak membalas dengan cara, bentuk, atau wujud apa pun terhadap AS,”  ujar Trump dalam unggahan di Truth Social, Rabu, 9 April 2025.

China Dikecualikan, Tarif Naik Jadi 125 Persen

Meskipun demikian, penundaan tarif selama 90 hari tersebut tidak berlaku untuk China, negara yang selama ini bersitegang dengan AS dalam berbagai isu perdagangan.

Trump bahkan kembali menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 125 persen, menyusul tindakan balasan dari Beijing yang mengenakan tarif 84 persen terhadap produk AS.

“Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan Tiongkok kepada pasar dunia, dengan ini saya menaikkan tarif yang dibebankan kepada Tiongkok oleh AS menjadi 125 persen, berlaku segera,” kata Trump, dinukil dari CNN.

Baca juga : Pasar Saham AS Anjlok Imbas Rencana Perubahan Tarif Donald Trump

Selain China, dua negara lain, Kanada dan Meksiko, juga disebut akan dikenakan tarif sebesar 25 persen, kecuali jika mereka mematuhi ketentuan dalam Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA).

Trump menegaskan, keputusan menunda tarif resiprokal ini diambil karena banyak negara menunjukkan itikad baik untuk melakukan perundingan dengan AS.

“Belum ada yang berakhir, tetapi kami memiliki semangat yang luar biasa dari negara-negara lain, termasuk China. China ingin membuat kesepakatan, mereka hanya tidak tahu bagaimana cara melakukannya,” jelasnya.

Dampak ke Pasar: Saham Naik, Dolar Menguat

Menariknya, kabar penundaan tarif ini disambut positif oleh pasar. Indeks saham S&P 500 ditutup menguat 9,5 persen sebagai respons atas pernyataan Trump.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS mereda, dan dolar AS kembali menguat terhadap sejumlah mata uang safe haven. (*)

Editor: Yulian Saputra

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Laba BRK Syariah Kuartal III 2025 Tumbuh 3,46 Persen, Ini Penopangnya

Poin Penting Laba BRK Syariah kuartal III-2025 naik 3,46 persen menjadi Rp218,20 miliar didorong pembiayaan… Read More

22 hours ago

BCA Siapkan Rp42,1 Triliun Uang Tunai untuk Nataru 2025/2026

Poin Penting BCA menyiapkan uang tunai Rp42,1 triliun untuk Nataru 2025/2026 agar transaksi nasabah tetap… Read More

22 hours ago

Aliran Modal Asing Keluar RI Rp0,13 Triliun di Pertengahan Desember 2025

Poin Penting Aliran modal asing keluar pada minggu kedua Desember 2025 nonresiden tercatat jual neto… Read More

23 hours ago

Bank Muamalat Catat Kenaikan Double Digit pada Pembiayaan Multiguna iB Hijrah

Poin Penting Pembiayaan Multiguna iB Hijrah Bank Muamalat tumbuh 41 persen secara tahunan (YOY) hingga… Read More

24 hours ago

Keluarga Ini Jadi Paling Tajir di Taiwan Berkat Bank dan Asuransi, Intip Siapa Mereka

Poin Penting Daniel dan Richard Tsai jadi orang terkaya Taiwan dengan kekayaan USD13,9 miliar dari… Read More

1 day ago

Bank Mega dan Metro Hadirkan Season of Elegance Fashion Show, Diskon hingga 70 Persen

Poin Penting Bank Mega dan Metro menggelar Season of Elegance Fashion Show yang menampilkan karya… Read More

1 day ago