Jakarta — Harga saham emiten bersandi BRIS atau PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menunjukkan tren penguatan dalam sebulan terakhir hingga hari ini, Kamis (4/1/2023).
BRIS menduduki peringkat ke-5 sebagai bank dengan kenaikan harga saham tertinggi. Saham perusahaan bank syariah ini dinilai prospektif dan menjanjikan ke depannya.
Pada penutupan pasar modal Rabu (3/1/2024), BRIS menguat di level Rp1.800. Harga per lembar saham BRIS naik 3,45% dibandingkan dengan harga penutupan di hari sebelumnya.
Sementara pada pergerakan pasar perdagangan saham hari ini, Jumat (5/1/2024) saham BRIS menanjak ke level Rp1.910.
Baca juga: Hadapi Tantangan 2024, BSI Bidik Dana Murah dan Perkuat Digitalisasi
Kenaikan harga saham itu terjadi pada saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup minus 0,61% ke level 7.279 dari hari sebelumnya 7.323.
“Harga saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI dinilai prospektif dan menjanjikan ke depan, setelah melanjutkan tren penguatan selama sebulan terakhir. Bahkan emiten bersandi BRIS menjadi Top 5 bank dengan kenaikan harga saham tertinggi,” dalam keterangan BSI, Kamis, 4 Januari 2024.
Penguatan itu menunjukkan bahwa secara tahunan (year-on-year/yoy), BRIS telah memberikan return yang signifikan yaitu sebesar 41,02%. Dengan demikian mengantarkan BSI masuk dalam top 5 emiten bank dengan return saham tertinggi.
Pergerakan saham BRIS tersebut didorong oleh peningkatan minat dari investor institusi. Hal ini tercermin dari net buy investor institusi yang tinggi baik asing maupun domestik.
Kenaikan harga saham itu tak lepas dari meningkatnya kepercayaan investor terhadap kinerja fundamental BRIS yang solid. Perseroan tumbuh secara berkelanjutan semenjak merger pada awal 2021.
Baca juga: Ramaikan Pasar Modal Syariah, Asset Under Custody BSI Melesat 75 Kali
Bank syariah terbesar di Indonesia mencetak laba bersih hingga Rp5,1 triliun. Perolehan itu tumbuh 30% yoy. sejalan dengan peningkatan pembiayaan yang disalurkan yaitu mencapai Rp235,01 triliun atau naik sekitar 14% .
Adapun, perseroan berhasil menjaga kualitas asetnya. Rasio nonperforming financing (NPF) gross turun menjadi 2,15% dibandingkan dengan posisi November 2022 sebesar 2,53%.
Ke depannya, dengan hampir 20 juta nasabah dan penetrasi perbankan syariah yang masih dinilai rendah saat ini, potensi pertumbuhan BRIS masih sangat menjanjikan.
Dengan faktor fundamental yang menjanjikan tersebut, 16 analis yang memperhatikan BRIS merekomendasikan untuk “Buy”. Adapun data Bloomberg menunjukkan target harga BRIS berdasarkan konsensus sebesar Rp2.110. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Jakarta - Sebanyak 6.470 racepack telah diambil pelari yang berpartisipasi dalam PLN Electric Run 2024… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik pencapaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 sekitar 8,7… Read More
Jakarta - Merayakan usia ke-26, Bank Mandiri meluncurkan berbagai fitur dan layanan digital terbaru untuk… Read More
Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menunjuk PT Surveyor Indonesia, anggota Holding BUMN IDSurvey,… Read More
Balikpapan - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica… Read More
Balikpapan – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) semakin memperluas akses keuangan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan yang… Read More