News Update

Tren Penurunan Suku Bunga Kredit Terhambat

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat, tren penurunan suku bunga kredit perbankan nasional mengalami hambatan pada April 2017. Hal ini terlihat dari adanya sedikit kenaikan suku bunga kredit di bulan tersebut.

Berdasarkan catatan BI, suku bunga kredit pada Maret 2017 turun sebesar 93 basis points (bps) year on year (yoy). Namun pada April 2017, suku bunga kredit mengalami kenaikan sebesar 2 bps sehingga hanya turun 91 bps.

“Tadinya sudah 93 bps di Maret tapi di April 91 bps. Jadi ada kenaikan sebesar 2 bps. Itu kita amati betul karena suku bunga acuan kita sudah turunkan 150 bps,” ujar Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo di gedung BI, Jakarta, Kamis, 18 Mei 2017.

Menurutnya, hal ini bertolak belakang dengan suku bunga deposito. Pada April 2017 suku deposito terus melanjutkan tren penurunannya. Adapun besaran penurunannya mencapai‎ 138 bps hingga April 2017 dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 133 bps.

“Secara year on year, Maret suku bunga kredit bisa turun tapi di April terlihat ada sedikit kenaikan dan itu berbeda dengan deposit yang terus turun bahkan sampai April,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Rijanto menambahkan, kenaikan bunga kredit tersebut diperkirakan akan membuat pertumbuhan kredit pada bulan ini tidak mencapai double digit.

Meski begitu, tren pertumbuhan kredit terus menunjuk peningkatan yang positif. Pada Desember 2016 tercatat pertumbuhan kredit hanya 7,86 persen, kemudian naik menjadi 9,2 persen pada Maret 2017 dan terus berlanjut menjadi 9,47 persen di April 2017.

“Sebenarnya kredit 9,47 persen tadi disumbangkan kredit rupiah yang sudah tumbuh 9,67 persen dan valas 7,25 persen. Inilah yang sebabkan terjadinya kenaikan. Coba bandingkan untuk tahun ini dibandingkan tahun lalu, valas masih negatif 0,76 persen dibanding tahun lalu (yoy) tumbuhnya negatif 4,12 persen,” paparnya.

Sedangkan jika dilihat dari sektornya, pertumbuhan kredit pada April 2017 disumbangkan dari kredit sektor pertanian, pembangkit listrik dan konstruksi. Segmen korporasi menjadi yang paling dominan. Meningkatnya kredit korporasi ini didorong dengan telah selesainya masa konsolidasi yang dilakukan sejak 2016. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Livin’ Fest 2025 Siap Digelar di Grand City Convex Surabaya, Catat Tanggalnya!

Jakarta - Bank Mandiri terus memperkuat dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah dengan menghadirkan Livin’ Fest… Read More

1 hour ago

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

16 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

16 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

17 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

18 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

18 hours ago