Jakarta – Perekonomian dunia tengah memasuki tren masa pemulihan yang positif. Meskipun demikian, pemulihan tersebut tidak merata antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang.
Secara umum, World Economic Outlook (WEO) Juli 2021, International Monetary Forum (IMF) memproyeksikan ekonomi global tumbuh 6,0% di tahun 2021, tidak berubah dibandingkan WEO April 2021, dan 4,9% pada 2022 (naik 0,5 percentage point atau pp).
Adapun ketidakmerataan ini tercermin pada kelompok negara maju mengalami kenaikan proyeksi didukung perluasan reopening, jangkauan vaksinasi yang tinggi, serta stimulus yang masif, seperti yang terjadi pada AS (proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 naik 0,6 pp), Zona Euro (naik 0,2 pp) dan Korea Selatan (naik 0,7 pp).
Sebaliknya, banyak negara berkembang yang mengalami penurunan proyeksi, utamanya akibat pemberlakuan restriksi lebih ketat di tengah penyebaran varian Delta. Tingkat vaksinasi yang relatif rendah di negara berkembang juga dianggap memberikan risiko kerentanan terhadap kesinambungan pemulihan ekonomi ke depan.
Beberapa negara yang mendapat revisi ke bawah antara lain India (-3,0 pp), Malaysia (-1,8 pp), Filipina (-1,5 pp), Thailand (-0,5 pp) dan Indonesia (-0,4 pp). Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari IMF untuk tahun 2021 yakni 3,9 persen masih dalam rentang proyeksi Pemerintah pada 3,7 s.d. 4,5 persen.
Menghadapi hal ini, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengungkapkan, Indonesia akan terus mengambil manfaat dari prospek ekonomi global yang masih kondusif, sembari terus mewaspadai risiko-risiko yang ada.
“Permintaan produk ekspor yang diperkirakan masih baik seiring solidnya outlook pertumbuhan global menjadi peluang untuk terus mendorong kinerja manufaktur di 2021, jelas Febrio pada keterangan tertulisnya, 28 Juli 2021.
Ke depan, Febrio mengungkapkan pemerintah akan terus fokus pada upaya pengendalian pandemi, melindungi kesejahteraan masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, serta terus meningkatkan daya saing. Selain itu, pemerintah juga terus fokus pada kebijakan prioritas di bidang kesehatan seperti mempercepat vaksinasi, memperkuat 3T, dan mendorong disiplin 5M.
“Pandemi Covid-19 memberikan ketidakpastian yang sangat tinggi terhadap ekonomi. Kita perlu sangat hati-hati dan terus menjaga disiplin pada protokol kesehatan. Kita juga belajar bahwa akselerasi vaksinasi menjadi salah satu kunci utama pengendalian kasus”, jelasnya. (*)
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More