Pasar Modal

Tren IPO di Dunia Turun, Bos BEI Ungkap Biang Keroknya

Jakarta – Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyebutkan tren initial public offering (IPO) di global mengalami penurunan berdasarkan data EY Global Report.

“Secara global jumlah number in terms of number turun 12 persen, global proceed turun 16 persen yang paling tinggi penurunannya itu di Asia Pasifik, kita tuh di Asia Pasifik, turun 73 persen,” ucap Nyoman kepada media di Gedung BEI Jakarta, 6 September 2024. 

Nyoman menjelaskan, tren penurunan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Antara lain adalah pertumbuhan ekonomi yang trennya menurun, inflasi, hingga tren suku bunga tinggi. Penurunan tersebut juga dipengaruhi oleh tensi geopolitik, perang di beberapa kawasan, dan perubahan iklim.

Baca juga: Kasus Gratifikasi IPO, Bos OJK Tegaskan Bakal Usut Keterlibatan Pihak Lain

“Terus kemudian yang di garis bawahi, election, pemilu. Ternyata teman-teman sekalian di semua belahan dunia itu 50 persen dunia, negara-negara di dunia, itu kok ya sama di 2024 itu ada pemilu. 50 persen negara di dunia ini memberikan kontribusi 60 persen GDP dunia,” imbuhnya.

Baca juga: Calon Emiten IPO Menyusut, BEI Ungkap Penyebabnya

Atas dampak tersebut, beberapa bursa global per Juli 2024 mengalami penurunan, yakni Nasdaq-US turun 2,86 persen, NYSE turun 2,46 persen, ASX Australian Securites Exchange turun 1,26 persen, dan Singapore Exchange turun 1,58 persen.

Sementara itu, berdasarkan data global, Indonesia Stock Exchange pada periode yang sama masih mampu mencatatkan pertumbuhan tertinggi di kawasan ASEAN maupun non-ASEAN sebesar 3,43 persen secara year to date (ytd).

Baca juga: Calon Emiten IPO Menyusut, BEI Ungkap Penyebabnya

Dampak global tersebut juga berimbas ke Tanah Air. BEI mencatat jumlah perusahaan yang telah melakukan penawaran umum perdana saham atau IPO per 5 September 2024 sebanyak 34 perusahaan, dengan dana yang dihimpun Rp5,2 triliun.

Selain itu, pada periode yang sama BEI mencatat masih ada 23 perusahaan yang antre untuk IPO. Namun, jumlah tersebut jika digabungkan masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang berhasil membawa 79 perusahaan tercatat di BEI dengan dana yang dihimpun mencapai Rp54,1 triliun. (*)

Editor: Galih Pratama

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Tabungan Jadi Prioritas atau Gaya Hidup? Simak Pandangan UOB Indonesia

Jakarta - UOB Indonesia memandang pentingnya literasi keuangan untuk membantu masyarakat memahami dan mengelola keuangan pribadi… Read More

3 hours ago

OJK Tegaskan Penghapusan Utang Kredit UMKM Tak Perlu Aturan Turunan

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa penghapusan utang kredit usaha mikro, kecil, dan… Read More

5 hours ago

Strategi UNTD Hadapi Persaingan Motor Listrik di Tengah Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Tangerang - PT Terang Dunia Internusa Tbk, menyiapkan sejumlah strategi khusus menghadapi pelemahan daya beli… Read More

7 hours ago

Gara-gara Kasus Investree, OJK Tegas Bakal Lakukan Ini ke Industri Fintech Lending

Jakarta - Kasus yang menimpa PT Investree Radhika Jaya atau Investree menyita perhatian masyarakat, dianggap… Read More

7 hours ago

Era Open Banking, OJK Wanti-wanti 3 Tantangan Ini ke Industri Perbankan

Jakarta - Istilah open banking mengacu kepada aksesibilitas data yang semakin terbuka, memungkinkan bank untuk… Read More

8 hours ago

Gelar Indonesia Knowledge Forum 2024, BCA Dorong Penguatan Sektor Bisnis

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menggelar Indonesia Knowledge Forum (IKF) 2024, di… Read More

8 hours ago