BCA Syariah
Jakarta – Jumlah pembiayaan yang direstrukturisasi PT Bank BCA Syariah terus mengalami penurunan hingga semester I 2022. Jika dibandingkan dengan angka restrukturisasi di semester I 2021 yang mencapai 20,39% dari total pembiayaan, jumlahnya pada enam bulan pertama tahun ini turun menjadi 14,37% atau Rp1,02 triliun dari total pembiayaan.
“Dari 14,6% itu, 12,4% nya adalah pembiayaan yang direstrukturisasi dikarenakan terdampak Covid-19. Sedangkan di kisaran 2% (1,97%) itu adalah restrukturisasi yang nonCovid-19, jadi pembiayaan yang sudah direstrukturisasi sebelumnya,” ungkap Direktur BCA Syariah Pranata di Jakarta, Kamis, 4 Agustus 2022.
Sementara itu, sampai dengan Juni 2022, rasio non performance financing (NPF) gross BCA Syariah berada di angka 1,38%. Sedangkan untuk NPF nett berada diposisi 0,006%. Pranata mengatakan, jumlah rasio NPF yang jauh di bawah industri perbankan ini karena BCA Syariah sudah membentuk CKPN untuk hampir seluruh total pembiayaan bermasalahnya.
“Ini dikarenakan NPF yang ada itu hampir semuanya kita sudah cadangkan atau kita bentuk CKPN hampir secara full. Jadi sisanya tinggal 0,006% (nett). Jadi kita secara prudent walaupun masih di kol 3 – 4 tapi kita sudah cadangkan hampir full untuk nasabah tersebut,” ucapnya.
Hingha semester 1-2022, pembiayaan BCA Syariah tumbuh 19,6% year on year (yoy) mencapai Rp7 triliun. Pertumbuhan pembiayaan terjadi di semua segmen baik komersial, konsumer maupun UMKM.
Portofolio pembiayaan komersial masih menopang penyaluran pembiayaan BCA Syariah dengan komposisi 71,7% dari total pembiayaan sejumlah Rp5 triliun. Diikuti oleh portofolio pembiayaan UMKM dengan komposisi 24,2% dari total pembiayaan sejumlah Rp1,7 triliun. Sementara pembiayaan konsumer tumbuh sebesar 109,8% atau dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca juga : BCA Syariah Raup Laba Bersih Rp45,4 Miliar di Semester I 2022
Moncernya pembiayaan BCA Syariah ditopang oleh kemampuan bank dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK). Per Semester 1 2022, DPK naik 16,3% menjadi Rp7,9 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan DPK ditopang oleh perolehan dana pada produk tabungan yang tumbuh 32,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara Giro tumbuh 16,0%. Pertumbuhan tabungan mendorong meningkatnya perolehan CASA sehingga mencapai 38,4% dari total DPK. (*) Dicky F.
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More
Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More
Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More
Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More