PermataBank Tutup 2019 Dengan Laba Bersih Rp1,5 Triliun

PermataBank Tutup 2019 Dengan Laba Bersih Rp1,5 Triliun

Jakarta – PT Bank Permata Tbk, mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp1,5 triliun di sepanjang tahun 2019. Angka tersebut meningkat 66,5% bila dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya. Profitabilitas sampai dengan kuartal IV 2019 tumbuh signifikan dengan ditopang pertumbuhan pendapatan usaha yang meningkat.

Direktur Utama PermataBank Ridha D.M. Wirakusumah mengatakan, kenaikan pertumbuhan laba operasional sebelum penyisihan penurunan nilai aset tercatat sebesar 18,8% menjadi Rp3,04 triliun yang dikontribusi oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 5,6% dan pendapatan operasional selain bunga (Fee Based Income) sebesar 24,3%.

“Pencapaian akhir tahun 2019 ini sangat menggembirakan dan mencerminkan komitmen perusahaan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk terus memperkokoh profitabilitas dari tahun ke tahun, dengan membangun fondasi pertumbuhan bisnis yang solid dan menjanjikan,” ujar Ridha di Jakarta, Rabu, 19 Februari 2020.

Selain itu, Net Interest Margin (NIM) yang meningkat juga menopang laba perseroan. Tercatat, sampai Desember 2019 NIM PermataBank meningkat 16 bps menjadi 4,4%, dibandingkan posisi September 2019 sebesar 4,2%. Seiring dengan kualitas aset yang secara konsisten membaik, biaya pencadangan kredit menurun sebesar 32,5% menjadi sebesar Rp1,14 triliun dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp1,68 triliun.

Menurutnya, PermataBank tetap mengutamakan pertumbuhan kredit yang sehat dengan membukukan pertumbuhan kredit sehat sebesar 8,5%, lebih baik dari pencapaian pertumbuhan kredit secara umum di industri perbankan, yang dilakukan secara selektif dengan mengutamakan kualitas aset sesuai dengan kerangka kerja manajemen risiko kredit yang lebih pruden. Pertumbuhan kredit sehat ini terjadi terutama di segmen Wholesale Banking.

“Pertumbuhan kredit sehat di segmen Retail Banking terutama terjadi di produk Kredit Tanpa Agunan dan Kredit Pemilikan Rumah,” ucapnya.

Di sisi lain, kualitas aset terus membaik ke level yang sehat, menunjukkan keberhasilan dan komitmen manajemen yang kuat untuk terus memperbaiki kualitas aset. Rasio NPL gross dan NPL net PermataBank di Desember 2019 terus membaik secara signifikan ke level 2,8% dan 1,3% dibandingkan Desember 2018 yang tercatat sebesar 4,4% dan 1,7% dengan NPL coverage ratio terus terjaga baik sebesar 132,8%.

“Upaya kami untuk menjaga kualitas aset yang sehat, kedisiplinan biaya operasional secara efisien, menjaga rasio NPL di bawah ketentuan regulator, serta untuk memberi inovasi layanan yang berkelanjutan terutama melalui digitalisasi menjadi kunci utama keberhasilan mencapai target pendapatan bank di tahun ini,” tukasnya.

Dia mengungkapkan, bahwa perbaikan rasio NPL gross ini merupakan hasil dari restukturisasi kredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan dan penyelesaian kredit bermasalah (loan settlement) dan ditunjang oleh pertumbuhan kredit good-book secara signifikan. Bank akan tetap menjaga prinsip prudensi dan upaya untuk secara terus menerus memitigasi potensi kerugian kreditnya secara berhati-hati.

“Produk dan jasa perbankan yang inovatif termasuk pengembangan digital banking untuk menghadirkan layanan konsumen yang simple, fast, dan reliable turut mendukung pertumbuhan kredit yang maksimal,” paparnya.

Sedangkan dari sisi likuiditas, lanjut dia, masih tetap terjaga optimum dengan rasio Loan-to-Deposit pada Desember 2019 sebesar 86,3% sedikit menurun dibandingkan posisi Desember 2018 namun tetap sejalan dengan upaya Bank untuk terus menjaga likuiditas tetap optimal serta mendukung pertumbuhan kredit di masa mendatang ditengah ketatnya likuiditas di industri perbankan.

PermataBank juga terus meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) yang tercatat sebesar 4,3% secara tahunan (yoy), terutama dikontribusi oleh pertumbuhan dana giro dan tabungan masing-masing sebesar 15,5% dan 3,6%, sementara dana mahal deposito berjangka turun sebesar 0,6%. Rasio CASA Bank berhasil dijaga di level 51%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 48%.

Biaya operasional perseroan pun terkontrol dengan baik, sehingga rasio efisiensi BOPO membaik secara signifikan menjadi 87% di Desember 2019 dibandingkan 93,4% pada periode yang sama tahun lalu. “Pencapaian tersebut merupakan strategi PermataBank dalam menjaga keseimbangan untuk memaksimalkan profitabilitas Bank dengan tetap mengelola likuiditas yang optimal didukung oleh struktur sumber pendanaan yang lebih baik,” tutupnya. (*)

Related Posts

News Update

Top News