Kredit Tumbuh Melambat, OJK Klaim Stabilitas Keuangan Masih Terjaga

Kredit Tumbuh Melambat, OJK Klaim Stabilitas Keuangan Masih Terjaga

Jakarta– Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan hingga akhir November dalam kondisi terjaga dengan intermediasi sektor jasa keuangan yang tetap tumbuh positif. Meskipun begitu, pertumbuhan kredit terlihat tumbuh melambat menjadi 6,53% pada Oktober dari bulan September yang mampu menyentuh 7,89%.

“Pelambatan pertumbuhan ekonomi global dan kondisi geopolitik, seperti trade war dan brexit masih menjadi sentimen utama yang mewarnai perkembangan pasar keuangan global. Sementara itu, kebijakan douish oleh bebcrapa bank sentral negara maju berpengaruh positif terhadap likuiditas global, terutama emerging markets, termasuk Indonesia,” kata Juru Bicara OJK Sekar Putih di Jakarta, Jumat 29 November 2019.

Menurutnya secara umum, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan masih sejalan dengan perkembangan yang terjadi di perekonomian domestik dimana pertumbuhan kredit ditopang kredit investasi yang tetap tumbuh double digit di level 11.2% yoy. Sementara profil risiko industri jasa keuangan juga terpantau terkendali di tengah pelambatan ekonomi global.

Pada Oktober 2019, yield SBN juga mengalami penguatan sebesar 25 bps yang disertai aliran dana investor nonresiden yang mencapai Rp29,1 triliun. Dengan demikian sampai dengan 22 November 2019, secara ytd aliran investor non-residen ke pasar SBN telah mencapai Rp175,6 triliun diiringi dengan penguatan yield sebesar 98,5 bps.

Sementara itu, sampai akhir Oktober, pasar saham menguat sebesar 1% mtm menjadi 6.228,3. Penguatan ini ditopang oleh investor domestik mengingat investor nonresiden tercatat membukukan net sell sebesar Rp3,8 triliun. Namun, meningkatnya sentimen global di akhir minggu ke-3 November 2019, IHSG mencatatkan penurunan tipis ke level 6.100,2 dengan net buy investor nonresiden sebesar Rp43,9 triliun ytd.

Sedangkan piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan juga masih tumbuh stabil di level 35% yoy. Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6.29% yoy. Selain itu, sepanjang Januari sampai Oktober 2019, asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi berhasil menghimpun premi masing-masing sebesar Rp152.4 triliun dan Rp82,2 triliun.

Sampai dengan 26 November 2019, penghimpunan dana melalui pasar modal telah mencapai Rp 155 triliun serupa dengan level penghimpunan dana pada 2018. Adapun jumlah emiten baru pada periode tersebut sebanyak 48 perusahaan dengan pipeline penawaran sebanyak 61 emiten dengan total indikasi penawaran sebesar Rp22,8 triliun.

Di tengah pertumbuhan intermediasi lembaga jasa keuangan, posisi Oktober profil risiko masih terkendali. Rasio NPL terpantau meningkat tipis menjadi sebesar 2,73% (NPL net: 1,21%), namun masih jauh di bawah threshold. Rasio NPF bahkan mencatatkan penurunan dari bulan sebelumnya di level 2,5% (NPF net 0,44%).

Risiko nilai tukar perbankan berada pada level yang rendah, dengan rasio Posisi Devisa Neto (PDN) sebesar 1,52%, jauh di bawah ambang batas ketentuan. Likuiditas dan permodalan perbankan berada pada level yang memadai. Liquidity coverage ratio dan rasio alat likuid/non-core deposit masing-masing sebesar 199,14% dan 87,83%, jauh di atas threshold.

Kemudian, permodalan lembaga jasa keuangan masih terjaga stabil pada level yang tinggi. Capital Adequacy Ratio perbankan sebesar 23,54%. Sejalan dengan itu, Risk-Based Capital industri asuransi jiwa dan asuransi umum masing-masing sebesar 705% dan 329%, jauh di atas ambang batas ketentuan. (*)

Editor: Rezkiana Np

Related Posts

News Update

Top News