Ilustrasi fintech syariah (ist)
Poin Penting
Jakarta – Kinerja industri financial technology (fintech) syariah Indonesia kembali mendapat pengakuan dunia. Berdasarkan Global Islamic Fintech Report 2024/2025, Indonesia berhasil menempati posisi ke-3 dari 82 negara dengan ekosistem fintench syariah terkuat, setelah Arab Saudi dan Malaysia.
“Berdasarkan Global Islamic Fintech Report 2024/2025, Indonesia berhasil mempertahankan posisi peringkat ke-3 dari 82 negara sebagai negara dengan ekosistem fintech syariah terkuat, setelah Arab Saudi dan Malaysia,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara, di Jakarta, Senin, 29 September 2025.
Menurut Mirza, prestasi tersebut mencerminkan daya saing dan potensi besar pada industri fintech syariah serta terbentuknya ekosistem fintech syariah yang semakin matang.
“Hal ini juga mendukung perluasan layanan dan inovasi berbasis prinsip syariah,” jelasnya.
Ia melanjutkan, pertumbuhan industri jasa keuangan syariah tersebut, tak terlepas dari aspek literasi dan inklusi keuangan syariah kepada masyarakat.
Berdasarkan, hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK 2025 menunjukkan indeks literasi syariah mencapai 43,4 persen.
Baca juga: OJK Beberkan Tantangan Industri Keuangan Syariah, Apa Saja?
Sementara itu, inklusi syariah berada di 13,4 persen. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang masing-masing sebesar 39 persen dan 12,8 persen.
“Peningkatan pemahaman dan akses keuangan syariah menjadi salah satu bekal bagi industri untuk tumbuh lebih berkelanjutan, memperluas jangkauan layana dan dan memperkuat eksistensi keuangan syariah di masyarakat,” bebernya.
Dari sisi kinerja, fintech syariah sendiri mencatkan hasil impresif. Di mana, total aset fintech syariah sebesar Rp2.972,95 triliun per Juni 2025.
Rinciannya, total aset untuk sektor perbankan syariah sebesar Rp967,33 triliun, pasar modal syariah sebesar Rp1.828,25 triliun, dan industri keuangan non-bank sebesar Rp177,32 triliun.
Apabila dilihat kinerja per sektor, industri perbankan syariah menunjukkan kinerja yang resilien. Di mana, aset tumbuh 7,8 persen tahunan (year-on-year/yoy) dan Dana Pihak Ketiga berhasil dihimpun sebesar Rp738 triliun, tumbuh 6,98 persen yoy.
Baca juga: AFTECH Hadirkan IDBS 2025, Perkuat Kolaborasi Perbankan-Fintech untuk Ekonomi Inklusif
Sementara dari sisi permodalan, profitabilitas, likuiditas, dan kualitas pembiayaan industri keuangan syariah juga menunjukan tren kinerja positif. Kontribusi terbesar datang dari pasar modal syariah dengan total aset Rp1.828 triliun, naik 8,4 persen yoy, terdiri dari aset sukuk negara, sukuk korporasi, dan reksa dana syariah.
Selain itu, di sektor perasuransian penjaminan dan dana pensiun syariah, total aset industri tersebut mencapai Rp59 triliun, tumbuh 6,2 persen yoy.
Rinciannya, perasuransian syariah memiliki aset Rp47,5 triliun dengan pengelolaan 3,6 juta polis dan portfolio investasi menembus Rp37 triliun.
Adapun pada sektor dana pensiun syariah memiliki total aset Rp4,7 triliun dengan jumlah peserta sekitar lebih dari Rp143 triliun. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More
Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More