Jakarta – Tjandra Gunawan, Direktur Utama (dirut) Bank Neo Commerce/BNC (sebelumnya Bank Yudha Bhakti/BYB) menerima pinangan William Li, CEO dan Co-Founder Akulaku – pemegang saham BYB, untuk bergabung sebagai direktur keuangan BYB pada Maret 2020. Saat menerima tawaran itu, Tjandra panggilan akrabnya, diberi tantangan untuk mentransformasi BYB menjadi “Three biggest digital banks in Asia” dalam kurun waktu tiga tahun.
Namun, begitu join, rupanya Tjandra harus menaklukan tantangan-tantangan lainnya. Pertama, pandemi COVID-19 yang melanda. Kedua, pemenuhan modal inti bank umum minimal Rp1 triliun pada 2020, lalu naik Rp2 triliun di 2021 dan Rp3 triliun pada 2022 berdasarkan regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Saya lihat bank ini butuh saya, butuh orang-orang yang mau tangannya tidak keberatan untuk membangun bank. Jadi saya tidak berpikir, oh itu bukan pekerjaan saya, itu pekerjaannya orang bisnis atau operasional. Saya kan direktur finance. Tetapi, saya lebih memilih bertanya, apa yang bisa saya bantu,” kata pria yang telah berkarier di industri keuangan dan perbankan selama 27 tahun ini, kepada Infobank, bulan lalu.
Karena semangat dan kesediannya untuk bahu-membahu menyelesaikan masalah di perusahaan, pada April 2020, Tjandra diberi kepercayaan oleh pemegang saham menjadi dirut BYB. Tak lama, bank ini juga berubah nama menjadi BNC. Di bawah kepemimpinan Tjandra, BNC melakukan sejumlah langkah transformasi, salah satunya meluncurkan aplikasi bank digital bernama Neobank.
Selain itu, BNC juga sedang fokus terhadap fundamental. Itu karena, kini sudah bukan waktunya bank digital mengejar valuasi. Ekosistem bank digital bukan segala-galanya apabila tidak bisa cepat menciptakan sinergi dan eksekusi. Tjandra menambahkan, pada akhirnya, the truth will reveal atau aslinya akan terlihat. Bisa saja sebuah bank memiliki market cap tinggi, tetapi karena jor-joran uang.
“Yang dibutuhkan market adalah performance. Kalau fundamental tidak sesuai nama besarnya, orang-orang akan meninggalkan. Kami lebih baik fokus ke fundamental, perform, dan deliver. Market pun akan melihat. Nilai bank atau perusahaan tidak bisa ditutupi. Kami tidak harus tergesa-gesa menjadi bank lain. Kami jadi diri kami sendiri. Kami lebih suka customer beli saham kami karena trust. Bukan ikut-ikutan. Bank lain sudah profit duluan, tidak apa-apa. Kami punya strategi sendiri. Kami punya resep sendiri,” tambah Tjandra.
Sebagai informasi, Neobank saat ini telah memiliki lebih dari 13 juta user/pengguna. BNC juga berhasil naik kelas ke bank BUKU 2. Lalu, apa saja strategi transformasi yang telah dilakukan BNC? Bagaimana perjalanan BNC hingga berhasil menggaet belasan juta pengguna? Mungkin kah, mimpi hendak menjadi tiga bank digital terbesar di Asia, telah berada di depan mata? Baca selengkapnya di Majalah Infobank Nomor 531 Juli 2022 atau klik Infobankstore. (*) Ayu Utami
Jakarta - Presiden RI Prabowo Subianto memulai kunjungan kerja luar negeri perdananya, dengan mengunjungi sejumlah negara… Read More
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, 8 November 2024, ditutup menguat di… Read More
Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI menyoroti pengaruh kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat… Read More
Jakarta - Erick Thohir kembali menduduki kursi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Kabinet… Read More
Jakarta - Accor, pemimpin global industri perhotelan, resmi mengumumkan kemitraan strategis global dengan Tiket.com, salah… Read More
Jakarta — PT Pos Indonesia (Persero) melalui aplikasi Pospay dan PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin)… Read More