Moneter dan Fiskal

Tiga Kali Alami Krisis, Sri Mulyani: Indonesia Selalu Selamat dan Bangkit

Jakarta – Sejak zaman kemerdekaan, Indonesia pernah mengalami sebanyak tiga kali krisis baik politik, ekonomi dan pangan. Menariknya, dari ketiga krisis tersebut, pemerintah mampu bangkit dan mengatasi kesulitas tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, Indonesia menjadi sedikit negara yang mampu bangkit dan belajar dari berbagai krisis tersebut. Yakni, krisis pada tahun 1988, krisis ekonomi global tahun 2009-2010 dan krisis pandemi Covid-19.

“Pada krisis moneter tahun 1988 itu sangat shock sekali. Di mana, biaya dari shock itu ialah dana talangan (bailout) menjadi yang paling mahal di dunia,” katanya, dalam sebuah webinar bertema ‘The Long and Winding Road’ di Jakarta, Kamis, 20 Juli 2023.

Baca juga: Resesi Ekonomi Terjadi di Sejumlah Negara, Bagaiamana Nasib Indonesia?

Diketahui, krisis moneter 1998 sendiri dipicu oleh Krisis Keuangan Asia. Awalnya bermula di Thailand yang meninggalkan kebijakan nilai tukar tetapnya (fixed exchange rate) terhadap dolar AS pada Juli 1997.

Akibatnya, banyak perusahaan menjadi gagal bayar lantaran nilai mata uang melemah. Krisis ini pun menyebar ke negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. 

Di Tanah Air, krisis tersebut menjatuhkan nilai tukar rupiah dari Rp2.500 menjadi Rp16.900 per dolar AS. Bahkan, Krisis juga menjalar ke ranah poitik hingga sosial hingga menjatuhkan kepemimpinan Presiden Soeharto yang sudah berlangsung 32 tahun.

Lanjut Sri Mulyani, pada krisis ekonomi global tahun 2008-2009, Indonesia melakukan pelbagai langkah dalam menciptakan stabilitas nasional di sektor keuangan dan non keuangan.

“Pada krisis global tahun 2008-2009, Indonesia jadi belajar dalam menyempurnakan regulasi di industri perbankan, dana pensiun dan lembaga keuangan bukan bank,” jelasnya.

Baca juga: BI Dukung Premi Restrukturisasi Perbankan untuk Hadapi Krisis

Adapun pada krisis pandemi Covid-19, Sri Mulyani kembali mengatakan, pemerintah bisa bangkit dari ‘keterpurukan’ global. Dari sisi perekonomian di Tanah Air, ekonomi Indonesia bisa tumbuh diatas 5 persen dalam enam kuartal beruntun.

Hal tersebut kata dia tak terlepas dari berbagai langkah konkret seperti memperbesar deficit anggaran. Di mana, defisit anggaran negara berada di atas 3 persen saat ini sudah turun di angka 2,38 persen.

“Banyak anggota G20 yang senang mendengar berita ini di mana, Indonesia bisa mengatasi situasi pandemi dengan baik,” pungkasnya. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputra

Muhamad Ibrahim

Recent Posts

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

13 hours ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

13 hours ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

14 hours ago

Kredit BNI November 2025 Tumbuh di Atas Rata-rata Industri

Poin Penting BNI menyalurkan kredit Rp822,59 triliun per November 2025, naik 11,23 persen yoy—melampaui pertumbuhan… Read More

15 hours ago

Cek Jadwal Operasional BSI Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting BSI menyiagakan 348 kantor cabang di seluruh Indonesia selama libur Natal 2025 dan… Read More

15 hours ago

Update Harga Emas Hari Ini: Galeri24 dan UBS Kompak Merosot, Antam Naik

Poin Penting Harga emas Pegadaian turun jelang libur Nataru 2025/2026, dengan emas Galeri24 turun Rp22.000… Read More

18 hours ago