Ekonomi dan Bisnis

Tiga Hal Mendorong Perkembangan Pembiayaan Hijau Lebih Optimal

Jakarta – Pemerintah, swasta, dan juga investor harus turut aktif dalam memenuhi prasyarat pembiayaan hijau agar dapat berkembang lebih optimal. Prasyarat tersebut diantaranya adalah terkait dengan literasi pembiayaan hijau, manajemen risiko, dan risiko iklim (climate risk).

Associate Director Climate Policy Initiative, Tiza Mafira mengatakan bahwa terdapat 3 hal yang perlu dikembangkan untuk pembiayaan hijau yang pertama adalah terkait dengan literasi yaitu pengertian terkait pembiayaan hijau dan kegiatan ekonomi apa yang bisa diinvestasikan untuk pembiayaan hijau.

“Kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan green, kita perlu tahu sama-sama memiliki literasi ya apa sih yang disebut kegiatan yang green itu, ini aja tuh ngga gampang untuk memiliki kesepahaman yang sama. Kalau kita sebagai investor kita ingin tahu apasih kegiatan ekonomi yang bisa saya investasikan disitu untuk bisa dikatakan sebagai green,” ujar Tiza di Jakarta, 22 Agustus 2022.

Prasyarat yang kedua adalah perlu adanya melakukan manajemen risiko terkait dengan kegiatan-kegiatan yang akan diinvestasikan. Dalam pembiayaan hijau, investor masih melihat bahwa sektor tersebut masih memiliki presentase risiko yang lebih besar. Sehingga, perlu adanya manajemen risiko dari pemerintah supaya membangun kepercayaan bagi investor untuk berinvestasi di sektor pembiayaan hijau.

“Misalnya teknologi mobil listrik atau teknologi solar panel yang menurut persepsi investor masih dikategorikan teknologi baru sehingga masih relative berisiko daripada teknologi yang telah berdekade-dekade lamanya. Artinya perlu hadir instrument di risking supaya risiko-risiko itu bisa ditangani dengan baik, supaya tidak menjadikan investasi itu lebih mahal daripada investasi yang biasa disitu,” ujar Tiza.

Hal terakhir yang mendukung pembiayaan hijau adalah terkait dengan climate risk, portofolio investasi-investasi yang ada harus sudah diidentifikasi ke dalam kegiatan-kegiatan usaha yang memiliki krisis iklim yang lebih kecil, sehingga kegiatan usaha yang memperbesar kemungkinan krisis iklim dapat dihindari. (*) Khoirifa

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Kolaborasi Majoris AM dan Istiqlal Global Fund Luncurkan Program Wakaf Saham

Poin Penting Majoris Asset Management dan IGF-BPMI meluncurkan Program Wakaf Saham Masjid Istiqlal, memungkinkan masyarakat… Read More

2 hours ago

Saham Indeks INFOBANK15 Bergerak Variatif di Tengah Penguatan IHSG

Poin Penting IHSG tetap menguat, ditutup naik 0,46 persen ke level 8.660,59 meski mayoritas indeks… Read More

2 hours ago

Sun Life dan CIMB Niaga Kenalkan Dua Produk Berdenominasi USD

Wealth Practice bertajuk “Legacy in Motion: The Art of Passing Values, Wealth, and Business” persembahan… Read More

6 hours ago

BSI Salurkan Bantuan 78,8 Ton Logistik Senilai Rp12 Miliar untuk Korban Bencana Sumatra

Poin Penting BSI dan BSI Maslahat menyalurkan bantuan 78,7 ton senilai Rp12 miliar bagi korban… Read More

15 hours ago

Daftar Saham Penopang IHSG Sepekan: BUMI, BRMS hingga DSSA

Poin Penting IHSG menguat 0,32 persen sepanjang pekan 8–12 Desember 2025 dan ditutup di level… Read More

16 hours ago

IHSG Sepekan Naik 0,32 Persen, Kapitalisasi Pasar Jadi Rp15.882 Triliun

Poin Penting IHSG naik 0,32 persen dalam sepekan ke level 8.660,49, serta mencatat rekor tertinggi… Read More

16 hours ago