Perbankan

Tiga Hal Ini Ternyata Masih Menghantui Industri Perbankan Nasional

Jakarta – Dunia industri perbankan di Indonesia telah berhasil mencatatkan kinerja cemerlang dalam beberapa waktu ini. Namun begitu, industri perbankan nasional belum sepenuhnya terlepas dari tantangan-tantangan. Chairman The Finance, Eko B. Supriyanto menyatakan, ada tiga masalah utama yang masih menyelimuti industri perbankan saat ini.

“Saat ini, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan industri perbankan Tanah Air. Pertama, soal literacy. Inklusi keuangan memang sudah terlayani, tapi tingkat literasinya apakah semuanya sudah tercukupi. Literasinya malah masih banyak yang tidak paham,” ujar Eko saat membuka acara seminar bertajuk “Sinergi Bank Umum dan BPR dalam Digitalisasi Layanan Perbankan” yang diadakan The Finance, di Hotel Merlynn Park Jakarta, Jumat, 23 Juni 2023.

Yang kedua, menurut Eko adalah soal digitalisasi. Lembaga-lembaga perbankan memang sudah menerapkan dan memahami teknologi digital, tetapi apakah semua masyarakat sudah memahami penggunaan teknologi digital di industri perbankan.

“Semua staf-staf, jajaran manajemen di lembaga perbankan memang sudah paham penggunaan teknologi digital, namun apakah semua masyarakat sudah memahami penggunaan teknologi digital,” tutur Eko.

Lalu, yang terakhir terkait dengan kejahatan siber atau digital crime. Eko menyebut bahwa kejahatan siber semakin canggih saja dari waktu ke waktu. Ia juga jelaskan jika bukanlah hal yang mudah untuk menangani persoalan serangan siber dewasa ini.

Eko lalu menyinggung persoalan pinjaman online (pinjol) ilegal yang marak menimpa masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Ia menyoroti persoalan inklusivitas layanan perbankan formal yang mungkin belum menjangkau masyarakat secara menyeluruh, sehingga menyebabkan masyarakat mengambil jalan pintas, melakukan pinjaman melalui pinjol.

“Yang namanya ibu-ibu itu masa sih tidak tahu pinjol. Sudah tahu bunganya mahal, tapi tetap masih pinjam. Apa karena sudah tidak ada, mereka dibuat harus pinjam. Jadi, literacy apa benar-benar rendah, atau karena memang tidak ada opsi lain,” papar Eko.

Dirinya pun berharap lembaga bank yang berbasis komunitas seperti bank perkreditan rakyat atau BPR, bisa menjadi penyedia solusi di tiap-tiap komunitas masyarakat.

“Jadi saya harap BPR ini bisa menjadi kunci penting dalam peningkatan literacy keuangan masyarakat, karena dia berada di tengah-tengah komunitas. Dan untuk industri perbankan sendiri, saya ingatkan untuk selalu menjaga integritas dan praktik good corporate governance (GCG). Sekalipun ditopang oleh teknologi secanggih apapun, tanpa integritas, akan sukar untuk berkembang,” ucapnya. (*) Steven Widjaja

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Ekonomi RI Tumbuh 4,95 Persen di Kuartal III 2024, Airlangga Klaim Ungguli Singapura-Arab

Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More

1 hour ago

AXA Mandiri Hadirkan Asuransi Dwiguna untuk Bantu Orang Tua Atasi Kenaikan Biaya Pendidikan

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More

3 hours ago

Sritex Pailit, Pemerintah Diminta Fokus Berantas Impor Ilegal dan Revisi Permendag 8/2024

Jakarta - Koordinator Aliansi Masyarakat Tekstil Indonesia (AMTI) Agus Riyanto mengapresiasi langkah cepat Presiden Prabowo… Read More

3 hours ago

BEI Beberkan Dampak Pemilu AS hingga Hapus Kredit UMKM ke Pergerakan IHSG

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu di periode 28 Oktober hingga 1… Read More

4 hours ago

Jelang Pilpres AS, Harris dan Trump Bersaing Ketat dengan Selisih Suara Tipis

Jakarta - Kandidat Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris dan Donald Trump, saat ini tengah bersaing… Read More

4 hours ago

Erick Thohir Godok PP Hapus Kredit UMKM, Fokus pada Petani dan Nelayan

Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menggodok Peraturan Pemerintah (PP) perihal hapus tagih… Read More

5 hours ago