Surabaya–Bank Indonesia (BI) terus mendorong Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) kepada masyarakat. Dalam pengembangan konsep nontunai untuk mendukung transaksi keuangan syariah, bank sentral memfokuskan pada beberapa aspek.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Kepala Grup Pengembangan dan Sistem Pembayaran Ritel BI, Pungky P. Wibowo, di Surabaya, Kamis, 27 Oktober 2016. Menurutnya ada tiga aspek utama dalam mendorong nontunai di masyarakat khususnya pada keuangan syariah.
Pertama, kata dia, yakni pengembangan instrumen/layanan nontunai dilakukan dengan mengacu pada prinsip syariah, dan sesuai dengan karakteristik masyarakat muslim. Kedua, pengembangan dilakukan dengan berbasis pada inovasi sebagai motor (innovative driven).
“Ketiga, dukungan ekosistem e-payment merupakan faktor penting untuk menjaga keberlangsungan layanan non tunai, karena dapat membuat transaksi keuangan menjadi lebih mudah diakses dan efisien,” ujarnya.
Dengan ketiga aspek tersebut, lanjut dia, diharapkan layanan nontunai mampu memfasilitasi transaksi keuangan di pesantren agar semakin efisien namun tetap sesuai dengan prinsip syariah. “Penyediaan layanan nontunai dilingkungan pesantren akan mendorong peningkatkan pemahaman dan pengalaman masyarakat dalam bertransaksi nontunai,” ucapnya. (*)
Editor: Paulus Yoga
Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More
Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More
Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More
Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More
Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More
Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More