Moneter dan Fiskal

The Fed Menuju Kebijakan Moneter Yang Lebih Normal

Bali – Federal Reserve atau Bank Sentral AS (The Fed) sudah menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali di tahun ini menjadi 2-2,25 persen. Dengan demikian The Fed masih ada satu kali lagi ruang untuk menaikkan suku bunganya sesuai dengan ekspektasi pasar. Saat ini, The Fed tengah menuju kebijakan moneter yang lebih normal.

Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Presiden dan Chief Executive Officer dari Federal Reserve Bank of New York, John Carroll Williams, dalam Central Banking Forum 2018, rangkaian Pertemuan Tahunan International Monetary Fund dan World Bank (IMF-WB) 2018, di Conrad Hotel, Bali, Rabu, 10 Oktober 2018.

“Perekonomian AS berjalan dengan sangat baik. The Fed secara alami bergerak menuju kebijakan moneter yang lebih normal,” ujarnya.

Menurutnya, Bank Sentral AS akan tetap fokus pada kebijakan moneternya. Di mana sejauh ini, kenaikan suku bunga AS telah berdampak pada stabilitas harga di AS cenderung terjaga. Kendati demikian, pihaknya masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunganya sekali lagi ditahun ini, meski kenaikan bunga AS tersebut sempat dikritik oleh Donald Trump.

“Kami akan fokus pada prospek kebijakan moneter AS. Kabar baiknya adalah bahwa pada peringatan 10 tahun dari hari-hari terburuk krisis keuangan global, perekonomian AS berjalan dengan sangat baik,” ucapnya.

Dia mengungkapkan, dengan stimulus fiskal dan kondisi keuangan yang menguntungkan ini tentu akan memberikan angin segar bagi perekonomian AS. Dirinya memproyeksikan, bahwa ke depan pertumbuhan ekonomi AS akan lebih kuat yang didukung oleh kebijakan-kebijakan yang telah diambil Bank Sentral AS dengan tetap mejaga laju inflasi.

“Saya harap GDP riil akan meningkat sekitar 3 persen tahun ini dan 2,5 persen pada 2019. Dengan asumsi ramalan ini mulai membuahkan hasil, ini akan menjadi ekspansi terpanjang dalam sejarah AS. Saya perkirakan tingkat pengangguran akan turun ke sedikit di bawah 3,5 persen tahun depan, terendah dalam hamoir 50 tahun ,” jelasnya.

Asal tahu saja, bulan lalu, The Fed memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 2-2,25 persen. Selain itu, The Fed juga memberikan sinyal akan mengambil langkah dan stance kebijakan moneter ketat karena memperkirakan ekonomi AS akan menikmati setidaknya tiga tahun lagi pertumbuhan ekonomi.

The Federal Reserve diberi mandat oleh Kongres untuk menjaga inflasi rendah dan pengangguran rendah. Saat ini, inflasi harga konsumen AS di atas 2 persen setiap tahun dan tingkat pengangguran merupakan yang terendah dalam 40 tahun terakhir. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Mau ke Karawang Naik Kereta Cepat Whoosh, Cek Tarif dan Cara Pesannya di Sini!

Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More

10 hours ago

Komitmen Kuat BSI Dorong Pariwisata Berkelanjutan dan Ekonomi Sirkular

Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More

12 hours ago

Melalui Program Diskon Ini, Pengusaha Ritel Incar Transaksi Rp14,5 Triliun

Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More

12 hours ago

IHSG Sepekan Anjlok 4,65 Persen, Kapitalisasi Pasar Ikut Tertekan

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More

15 hours ago

Aliran Modal Asing Rp8,81 Triliun Kabur dari RI Selama Sepekan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More

20 hours ago

Bos BRI Life Ungkap Strategi Capai Target Bisnis 2025

Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More

21 hours ago