oleh Robby Djohan
THE End of Leadership adalah judul buku karya Barbara Kellerman. Karena dia adalah seorang penulis di bidang leadership yang sangat terkenal dan dihormati, saya pun tertarik untuk membacanya. Kesimpulan dari isi buku tersebut adalah bahwa dulu seorang leader sangat dominan dan banyak orang ingin dekat dengannya karena mereka ingin menjadi seperti pemimpinnya. Dewasa ini seorang leader tidak lagi harus dominan ketika para pengikut atau para pembantunya memiliki values, pengalaman, dan pengetahuan yang sudah hampir sama atau setara dengan leader tersebut. Dengan demikian, maka kepemimpinan dengan sendirinya pun harus mulai berubah lebih kepada sinergy, teamwork, dan team spirit.
Sinergi dan kerja sama yang baik terjadi ketika pemimpin dan pengikutnya memiliki kesamaan fokus pada apa yang ingin dicapai. Oleh karena itu, tim untuk mendampingi seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab harus terdiri atas orang-orang yang terbaik serta memiliki spirit dan values yang sama. Kondisi ini sudah lama berkembang di Amerika Serikat dan Eropa. Oleh sebab itu, negara-negara di sana tergolong sebagai hight trust society di mana pemimpin dan para pengikutnya saling percaya dan saling menghargai karena mereka sudah sama dan setara.
Lalu, bagaimana agar Asia atau Indonesia khususnya dapat menjadi bangsa yang digolongkan sebagai hight trust society? Pertama, seorang leader harus mengerti peranannya sebagai pemimpin di mana dia itu lebih menjadi dirigent dari suatu proses. Kedua, seorang leader harus memiliki orang-orang terbaik dan mereka ingin dekat dengan pemimpinnya karena pengalaman, pengetahuan, dan pemikirannya memiliki kesamaan. Ketiga, adanya values dan sistem atau aturan yang jelas sehingga semua orang tidak berpikir berdasarkan sistem yang dianutnya sendiri-sendiri.
Kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), bisa menjadi salah satu contoh case menarik. Ahok disukai oleh masyarakat karena dianggap sebagai pemimpin yang bersih, mengutamakan kepentingan masyarakat Jakarta, dan telah berusaha untuk mengatasi persoalan-persoalan di Jakarta dengan berani mengambil risiko dengan gaya kepemimpinannya yang tegas dan terbuka.
Namun, memperbaiki Jakarta adalah tugas yang begitu besar dan tidak mungkin hanya dikerjakan satu orang. Sulit sekali bagi Ahok untuk bekerja sendiri karena teamwork akan sangat menentukan keberhasilannya. Ahok harus memiliki satu tim yang profesional dengan pemikiran yang sama, yaitu kepentingan penduduk Jakarta dan masalah-masalah yang dihadapi Jakarta. Dengan fokus menyelesaikan masalah utama di Jakarta, yaitu banjir, kemacetan jalan raya, dan kekumuhan, maka paling tidak 80% dari masalah sudah dapat diatasi.
Kesimpulannya, keberhasilan menyelesaikan persoalan di Jakarta bukan tergantung pada Ahok sendiri, melainkan juga karena tim yang kuat serta adanya dukungan dari all stakeholders. Kunci keberhasilan seorang pemimpin itu tergantung pada bagaimana dia menggalang semua resources yang ada, baik itu pasar, pembiayaan, manusia, maupun sistem kerjanya. Seorang pemimpin harus berhasil membuat orang-orang terbaik itu bersedia dan senang bekerja sama serta memiliki commitment yang sangat motivative. (*)
Penulis adalah praktisi pendidikan dan mantan bankir.
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume impor susu Indonesia pada periode Januari-Oktober 2024 sebesar 257,30… Read More
Jakarta - PT Bank Digital BCA (BCA Digital) berhasil mencatatkan kinerja keuangan impresif pada kuartal… Read More
Jakarta - PT Bank Seabank Indonesia atau SeaBank kembali mencatat kinerja keuangan yang positif, ditandai… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor pada Oktober 2024 sebesar USD21,94 miliar atau naik 16,54… Read More
Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) berencana mengambil alih (take over)… Read More
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor pada Oktober 2024 mengalami peningkatan. Tercatat, nilai ekspor Oktober… Read More
View Comments
Good but not enough.