Jakarta – Kepala militer Israel (IDF) Herzi Halevi memperingatkan konflik perang berdarah antara Israel-Hamas akan terus berlanjut hingga berbulan-bulan ke depan.
Pernyataan tersebut menegaskan niat buruk Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk berperang di Gaza hingga Hamas hancur di tengah tentangan seruan global untuk melakukan gencatan senjata.
“Perang Israel dengan militan Hamas di Gaza akan berlanjut selama berbulan-bulan lagi,“kata Herzi, dinukil BBC News, Rabu (27/12).
Ia menegaskan, tidak ada solusi dan jalan pintas dalam memberantas organisasi teroris Hamas yang selama ini menjadi busuh bebuyutan Israel.
Baca juga: Dampak Perang Hamas-Israel ke Ekonomi RI, Ini Pandangan Chatib Basri
“Tidak ada solusi ajaib, tidak ada jalan pintas dalam membongkar organisasi teroris, yang ada hanyalah perjuangan yang gigih dan penuh tekad,”tegasnya.
“Kami juga akan mencapai kepemimpinan Hamas, apakah itu memerlukan waktu seminggu atau berbulan-bulan,”tambahnya.
Pada Senin (25/12), Benjamin Netanyahu telah memperingatkan bahwa kampanye Israel di Gaza belum berakhir.
“Kami tidak akan bisa membebaskan semua korban penculikan tanpa tekanan militer. Kami tidak akan berhenti berperang,” kata Netanyahu kepada parlemen.
Ia mengatakan, IDF telah menggempur lebih dari 100 lokasi pada Selasa (26/12). Mereka dilaporkan memperluas operasi darat ke Gaza tengah.
Selain itu, IDF juga telah melakukan serangan udara yang mengenai 100 sasaran dari Jabaliya di Gaza utara hingga Khan Younis dan Rafah di selatan.
Sejak Hamas melakukan serangan mematikan terhadap Israel dengan membunuh 1.200 orang dan menyandera 240 pada 7 Oktober 2023, PM Israel langsung merespons dengan serangan brutal untuk menghancurkan Gaza yang dikuasai Hamas.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan 20.915 warga Palestina telah tewas dalam lebih dari 11 minggu pertempuran.
Baca juga: Biadab! RS Indonesia di Gaza Diubah jadi Markas Pasukan Tentara Israel
Berdasarkan perkiraan terbaru organisasi internasional, konflik perang berdarah Israel – Hamas menimbulkan dampak serius bagi sosial-ekonomi.
Dilansir Reuters, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan gempuran brutal Israel telah menghancurkan lebih dari 41.000 unit rumah dan merusak lebih dari 222.000 unit rumah.
Dikatakan, setidaknya sebanyak 70 persen unit perumahan di Gaza dilaporkan rusak atau hancur. Termasuk rumah sakit dan sekolah yang kondisinya luluh lantak.
OCHA juga melaporkan, warga sipil Gaza juga mengalami kekurangan air dan sanitasi. Sebagian besar dari 65 pompa limbah Gaza tidak berfungsi.
Selain itu, warga Gaza juga mengalami krisis pangan karena sulitnya mendapatkan makanan selama perang berlangsung.
Adapun, laporan Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat (ESCWA) dan Program Pembangunan PBB (UNDP) menyebut, pada tanggal 5 November saja sekitar 390.000 pekerjaan telah hilang sejak dimulainya perang.
Baca juga: Israel Temukan Terowongan di Gaza, Hamas: Anda Datang Terlambat, Misi Telah Selasai
Dilansir CNBC, situasi sosio-ekonomi di Gaza pun buruk sebelum perang, dengan tingkat kemiskinan diperkirakan mencapai 61 persen pada tahun 2020.
Badan-badan PBB mengatakan, kemiskinan diperkirakan meningkat sekitar 20 persen dan 45 persen, tetapi tergantung pada kondisi sosial-ekonomi yang ada.
Laporan juga menyebut bahwa perang tersebut merugikan Gaza antara 4 persen dan 12 persen dari produk domestik bruto pada tahun 2023. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto resmi menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang… Read More
Suasana saat konferensi pers saat peluncuran Asuransi Mandiri Masa Depan Sejahtera di Jakarta. Presiden Direktur… Read More
Jakarta - PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) resmi menandatangani nota… Read More
Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen, sedikit melambat dibandingkan kuartal… Read More
Jakarta - Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) terus berkomitmen mendukung pengembangan Energi Baru… Read More
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan biaya pendidikan yang signifikan setiap tahun, dengan… Read More