Ratusan siswa di Bandung, Jawa Barat, Selasa, 23 September 2025, dilaporkan jatuh sakit setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). (Foto: Ist)
Jakarta – Tim Investigasi Independen Badan Gizi Nasional (BGN) mengungkapkan temuan penting terkait kasus keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cipongkor, Bandung Barat, Jawa Barat.
Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sisa makanan yang dikonsumsi para pelajar, ditemukan kadar nitrit mencapai 3,91 dan 3,54 miligram per liter (mg/L). Angka tersebut jauh di atas batas aman yang ditetapkan lembaga internasional.
“Jadi kalau merujuk standar EPA, maka kadar nitrit dalam sampel sisa makanan di sekolah hampir 4 kali lipat dari batas maksimum,” kata Ketua Tim Investigasi Independen Badan Gizi Nasional (BGN) Karimah Muhammad di Jakarta, dikutip Minggu, 5 Oktober 2025.
Baca juga: Purbaya Bakal Pantau Penyerapan Anggaran MBG hingga Akhir Oktober 2025
Diketahui, berdasarkan standar EPA (US Environmental Protection Agency), kadar maksimum nitrit yang diperbolehkan dalam minuman adalah 1 mg/L, sedangkan otoritas kesehatan Kanada menetapkan batas 3 mg/L.
Karimah menjelaskan, secara alami sebagian buah-buahan dan sayuran memang mengandung nitrit. Kadarnya dapat meningkat akibat aktivitas bakteri yang mengubah nitrat menjadi nitrit, atau sebaliknya.
“Pola gejala yang ditunjukkan para korban sejalan dengan gejala keracunan nitrit, di mana yang mendominasi adalah efek di saluran pencernaan bagian atas, misal mual, muntah atau nyeri lambung, sebanyak 36 persen. Bukan di saluran pencernaan bagian bawah, misal diare,” ujarnya.
Lebih lanjut, persentase korban yang mengalami diare ternyata hanya 3 persen, padahal biasanya gejala tersebut dominan pada kasus keracunan makanan. Hal ini, menurut Karimah, menjadi petunjuk penting bahwa penyebabnya bukan alergi makanan, melainkan paparan nitrit.
Baca juga: OJK: Asuransi MBG Masih Tahap Proposal Awal
Temuan tersebut sempat membuat beberapa dokter heran, namun keracunan nitrit memang tidak memicu diare, karena zat toksik tersebut perlu didetoksifikasi di hati terlebih dahulu.
Adapun gejala seperti pusing atau kepala terasa ringan muncul akibat pelebaran pembuluh darah, yang juga merupakan ciri keracunan nitrat. Gejala ini menunjukkan persentase cukup besar, sebanyak 29 persen, dan berada di peringkat kedua setelah gejala di saluran pencernaan bagian atas.
“Gejala lemas dan sesak napas yang dikeluhkan sebagian korban juga menunjukkan keracunan nitrit. Sebab, nitrit bisa menyebabkan methemoglobinemia, di mana kemampuan hemoglobin di dalam darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang, sehingga sel-sel tubuh merasa lemas, dan di paru-paru terasa sesak,” pungkasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More
Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More
Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More
Poin Penting Roblox resmi ditunjuk DJP sebagai pemungut PPN PMSE, bersama empat perusahaan digital lainnya.… Read More