Jakarta – Sentimen anti Jepang semakin memanas setelah China boikot atau melarang impor makanan hasil laut dari Jepang akibat pembuangan air limbah radio aktif dari PLTN Fukushima pada Kamis (24/8).
“Jepang telah merilis air limbah dan hal itu tidak bisa dibatalkan. Jadi, membiarkan sentimen anti Jepang berkembang merupakan cara China untuk memperlihatkan kemarahannya,” kata Ian Chong, pakar ilmu politik di National University of Singapore, dikutip VOA, Rabu (30/8).
Baca juga: Gara-Gara Ini China dan Korea Selatan Murka ke Jepang
Sejak Jepang memulai membuang air limbah tersebut, para warganet di China juga memperingatkan publik agar tidak membeli sejumlah produk asal Jepang, termasuk kosmetik, perlengkapan bayi dan produk untuk hewan peliharaan, dan beberapa jenis makanan.
Sentimen anti Jepang yang dilakukan warga China dengan menganggap produk-produk tersebut mengandung bahan-bahan yang terkontaminasi dan bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.
“Daripada harus menghindari sejumlah merek asal Jepang, lebih baik saya tidak membeli semua produk dengan kata ‘Jepang’ di dalamnya,” tulis seorang warganet di situs media sosial terkenal di China, Weibo.
Bahkan, beberapa warganet mendorong publik untuk mendukung produk-produk lokal asal China. Selain dorongan boikot atas produk Jepang yang mewabah di media sosial, media-media China melaporkan sejumlah turis China kini mengurungkan niatnya untuk mengunjungi Jepang, yang telah menjadi salah satu destinasi wisata utama bagi warga China.
Sentiment anti Jepang untuk produk asal Negeri Matahari Terbit yang meluas membuat konsumen China kini menstok garam karena khawatir air limbah yang dilepaskan ke laut itu dapat memengaruhi kualitas produk dan membuat garam menjadi langka untuk beberapa waktu ke depan.
Sementara itu, Kepala Pengawas Atom PBB Rafael Grossi mengatakan, konsentrasi tritium dalam air limbah yang dikeluarkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima-Daiichi di Jepang berada di bawah tingkat yang diperkirakan dan tidak menimbulkan risiko bagi penduduk.
“Sejauh ini kami dapat memastikan bahwa pembuangan pertama dari perairan ini tidak mengandung radionukleida pada tingkat yang membahayakan,” bebernya.
Baca juga: Alasan Lansia Jepang Ramai-Ramai Memilih jadi Penjahat
Ia mengungkapkan, pada 24 Agustus bahwa analisis independennya terhadap konsentrasi tritium dalam air encer yang dibuang “jauh di bawah batas operasional 1.500 becquerel per liter.”
Batasan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan standar keselamatan nasional Jepang.
Adapun, Jepang telah berulang kali menegaskan bahwa air limbah yang telah diolah itu tidak berbahaya, namun tindakan tersebut menimbulkan ketakutan di kalangan nelayan lokal dan memicu kemarahan di China, yang telah menghentikan impor makanan hasil laut dari Jepang. (*)
Editor: Galih Pratama
Balikpapan - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa… Read More
Jakarta - PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit.id) ikut berpartisipasi dalam Art Jakarta 2024 yang diadakan… Read More
Jakarta - Bank Saqu, layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta menegaskan komitmen untuk… Read More
Jakarta – PT Prudential Sharia Life Assurance (Prudential Syariah) meluncurkan produk teranyar yakni PRUCritical Amanah. Asuransi… Read More
Jakarta - Pemerintah mempercepat upaya Indonesia menjadi anggota penuh Organisation for Economic Co-operation and Development… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan hingga akhir September 2024 masih terdapat delapan perusahaan… Read More