TBS Energi Utama (TOBA) Catat Penurunan Pendapatan 31 Persen, Ini Penyebabnya

Jakarta – PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melaporkan kinerja keuangan semester I 2025 dengan pendapatan konsolidasian sebesar USD172,2 juta. Capaian ini turun 31 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur TOBA, Juli Oktarina, menjelaskan bahwa penurunan kinerja terutama dipicu oleh melemahnya harga batu bara sejak paruh kedua 2024.

“Hal ini disebabkan karena adanya penurunan harga batu bara yang terus menurun yang dimulai dari sejak semester ke-II 2024,” kata Juli dalam Pubex Live di Jakarta, Jumat, 12 September 2025.

Baca juga: Bea Keluar Emas dan Batu Bara Mulai Berlaku 2026, Ini Penjelasan Dirjen Bea Cukai

Secara rinci, volume penjualan batu bara merosot dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton. Rata-rata harga jual juga turun dari USD83 per ton menjadi USD52,9 per ton, mengikuti tren indeks batu bara global.

Meski kontribusi segmen batubara masih dominan sebesar USD91,6 juta atau 53 persen dari total pendapatan, angka ini jauh berkurang dari 82 persen tahun lalu. Perubahan tersebut mencerminkan upaya perseroan mengurangi ketergantungan pada batu bara.

Meski demikian, Perseroan juga memiliki lini bisnis baru, yakni waste management atau pilar pengelolaan limbah yang angkanya saat ini telah mencapai kenaikan hingga empat kali lipat. Segmen tersebut meraih pendapatan sebesar USD59,6 juta dengan EBITDA USD10 juta setara margin 17 persen.

Rugi Non-Kas Akibat Divestasi PLTU

Namun, Perseroan mencatatkan rugi sekitar USD96,87 juta pada semester I 2025 yang merupakan kerugian non-kas dan bersifat one-off atau hanya terjadi satu kali saja, yang dipicu oleh adanya dua divestasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yakni PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP).

“Tetapi adanya divestasi PLTU ini walaupun menyebabkan kerugian non-kas. Tapi secara posisi kas perusahaan itu akan menambah kas Perseroan di Rp123 juta yang akan kami gunakan untuk pengembangan bisnis ke depan agar bisa lebih cepat realisasi,” imbuhnya.

Baca juga: IHSG Diproyeksi Menguat Terbatas, Cek Rekomendasi Saham BBNI hingga TOBA

Selain batubara, kontribusi pendapatan lainnya berasal dari perdagangan dan pertambangan batubara (53 persen), bisnis kendaraan listrik (2 persen), serta pembangkit listrik (2 persen) yang tercatat sebelum divestasi.

“Jadi kami sangat yakin bahwa langkah kami untuk bertransformasi menuju tiga bisnis utama kami ini merupakan langkah yang tepat dan dapat direalisasikan dan juga ini mengurangi ketergantungan Perseroan terhadap fluktuasi harga komoditas batu bara,” tutup Juli. (*)

Editor: Yulian Saputra

Khoirifa Argisa Putri

Recent Posts

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

30 mins ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

2 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

2 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

3 hours ago

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI, Bukti Peran Strategis dalam Stabilitas Ekonomi RI

Poin Penting Bank Mandiri raih 5 penghargaan BI 2025 atas kontribusi di makroprudensial, kebijakan moneter,… Read More

3 hours ago

Segini Kekayaan Menhut Raja Juli Antoni yang Diminta Mundur Anggota DPR

Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More

3 hours ago