Headline

Tax Amnesty Bakal Longgarkan Likuiditas Bank

Jakarta–Dampak Undang-Undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) diyakini dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bagi bank, potensi repatriasi aset dinilai akan membantu melonggarkan likuiditas.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartikaa Wirjoatmodjo memperkirakan potensi aliran dana masih para wajib pajak dari luar negeri itu mencapai Rp300 triliun hingga Rp400 triliun. Aliran dana itu tentu akan melonggarkan likuiditas industri perbankan.

“Likuiditas jadi bagus,” tukas Kartika di Jakarta belum lama ini. Meski begitu ia mengaku belum menghitung dampaknya bagi industri perbankan.

Terpisah, Ekonom Riset Mandiri Sekuritas Wisnu Trihatmojo mengatakan jika ada repatriasi aset dari luar negeri, ia meyakini dampaknya akan positif dalam beberapa aspek.

Pertama, menurunkan risiko likuiditas. Berdasarkan keterangan Bank Indonesia, potensi repatriasi aset sekitar Rp536 triliun.

“Karena repatriasi dibagi dalam dua gelombang, 31 Desember 2016 dan 31 Maret 2017, kami meyakini bahwa potensi repatriasi sekitar Rp350 triliun tahun ini,” kata dia dalam keterangan tertulisnya.

Karena itu, Riset Mandiri Sekuritaas memprediksi simpanan dana pihak ketiga (DPK) dapat tumbuh 18%-20% pada Desember 2016 sedangkan rasio kredit terhadap simpanan (LDR) dapat melonggar menjadi 85% pada periode yang sama.

“Sebagian besar dampak pada kredit dan pada pertumbuhan ekonomi tersebut akan terlihat pada 2017,” tambahnya.

Kedua, Riset Mandiri Sekuritas meyakini besaran repatriasi akan memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran. Repatriasi akan dicatatkan sebagai surplus pada pos aset investasi lain. Ketiga, potensi cadangan devisa valas yang lebih besar.

Jika bagian dari dana repatriasi ke bank tidak dikonversi ke Rupiah dan likuiditas valas ditempatkan pada instrumen valas BI, pihaknya meyakini hal itu akan memiliki dampak positif pada kenaikan cadangan valas dalam jangka waktu menengah.

“Memang, dampak dari tax amnesty akan melonggarkan depresiasi rupiah dalam jangka pendek, dan kami tidak berencana merevisi prediksi rupiah 2016 kami karena risiko downside dari eksternal masih sangat dinamis dan risiko fiskal Indonesia masih tetap tinggi,” kata dia.

Lebih lanjut, jika dana repatriasi tidak dikonversi menjadi Rupiah, maka dampaknya pada nilai tukar akan relatif netral. (*) Ria Martati

 

 

Editor: Paulus Yoga

Paulus Yoga

Recent Posts

Berpotensi Dipercepat, LPS Siap Jalankan Program Penjaminan Polis pada 2027

Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More

2 hours ago

Program Penjaminan Polis Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Industri Asuransi

Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More

3 hours ago

Promo Berlipat Cicilan Makin Hemat dari BAF di Serba Untung 12.12

Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More

6 hours ago

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More

6 hours ago

wondr BrightUp Cup 2025 Digelar, BNI Perluas Dukungan bagi Ekosistem Olahraga Nasional

Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More

7 hours ago

JBS Perkasa dan REI Jalin Kerja Sama Dukung Program 3 Juta Rumah

Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More

9 hours ago