Moneter dan Fiskal

Tarif Trump 19 Persen Ancam Daya Beli, INDEF Ingatkan Dampaknya ke RI

Jakarta – Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) memprediksi akan terjadi penurunan daya beli masyarakat akibat pengenaan tarif impor 19 persen terhadap produk asal Indonesia oleh Amerika Serikat (AS).

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan INDEF, M. Rizal Taufikurahman mengatakan, daya beli rumah tangga Indonesia diproyeksikan turun tajam sebesar 0,091 persen, sebagai imbas dari kebijakan tarif tersebut.

“Daya beli rumah tangga Indonesia turun tajam sebesar 0,091 persen, terdalam dibanding negara lain,” ujar Rizal dalam Diskusi Publik Tarif Amerika Turun, Indonesia Bakal Untung?, Senin, 21 Juli 2025.

Baca juga: Ekonom Soroti Lemahnya Konsumsi, Desak Percepat Belanja Negara

Rizal menjelaskan penurunan daya beli tersebut mencerminkan melemahnya pendapatan dan meningkatkan harga konsumsi yang pada akhirnya menekan konsumsi riil masyarakat.

Sementara itu, beberapa negara lain justru diuntungkan oleh efek pengalihan perdagangan dari Indonesia.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kebijakan tarif saat ini secara tidak langsung merugikan kesejahteraan rumah tangga di Indonesia, sehingga diperlukan langkah konkret dari pemerintah.

“Kebijakan ini secara tidak langsung merugikan terhadap utility rumah tangga atau kesejahteraan rumah tangga, dan perlu direspons dengan kebijakan kompensasi yang tepat sasaran,” imbuhnya.

Penurunan Belanja Pemerintah dan Tekanan Fiskal

Sementara itu, dari sisi fiskal, INDEF juga mencatat potensi penurunan pengeluaran pemerintah sebesar 0,122 persen. Rizal menyebut bahwa kontraksi ini jauh lebih dalam dibandingkan negara atau kawasan lain yang justru mengalami kenaikan belanja pemerintah.

Rizal menambahkan bahwa tekanan ekonomi akibat tarif tersebut turut melemahkan kapasitas fiskal pemerintah, baik karena berkurangnya penerimaan negara maupun kontraksi ekonomi yang lebih luas.

“Sebaliknya, negara-negara pesaing seperti kawasan Asia Selatan dan Amerika Utara justru mencatatkan peningkatan belanja pemerintah, mencerminkan efek redistribusi keuntungan ekonomi,” tandasnya.

Baca juga: Rupiah Diproyeksi Melemah Terbatas Akibat Kekhawatiran Defisit Fiskal AS

Rizal mengingatkan bahwa dampak negatif terhadap belanja pemerintah Indonesia berpotensi mempersempit ruang fiskal dalam melakukan stimulus atau memberikan kompensasi.

Untuk itu, ia menilai penting adanya penguatan APBN yang lebih resilien dan reformasi kebijakan fiskal yang mendukung stabilitas serta ketahanan ekonomi domestik. (*)

Editor: Yulian Saputra

Irawati

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

7 hours ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

7 hours ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

8 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

9 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

10 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

10 hours ago