Penurunan daya beli masyarakat dan lesunya dunia usaha memukul pertumbuhan kredit perbankan, sehingga perlu peran aktif dari pemerintah untuk memacu perekonomian nasional. Paulus Yoga
Jakarta–Selama paruh pertama tahun 2015, pertumbuhan kredit perbankan baru sebesar 4,17% (dibanding posisi Desember 2014) menjadi Rp3.861,17 triliun.
Angka tersebut masih jauh dari target industri dalam rencana bisnis bank (RBB) yang disampaikan Otoritas Jasa Keuangan ada di kisaran 13-15% pada tahun ini.
“Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan naik di semester II ini. Jadi kita enggak revisi pertumbuhan kredit, kita masih pada stigma RBB yang dilakukan oleh bank, dan kemudian akan kita respon,” tukas Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad di Jakarta, belum lama ini.
Selama setengah tahun 2015, kinerja perbankan memang tidak terlalu kencang. Pertumbuhan kredit industri yang cuma 4,17% dalam tahun berjalan tercermin dari pertumbuhan kredit bank-bank yang terkategori dalam Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 1 dan 4, yang masing-masing cuma tumbuh 3,88% dan 3,67% menjadi Rp115,26 triliun dan Rp1.618,43 triliun.
Sementara bank-bank dalam BUKU 2 paling terpukul pelambatan ekonomi, dimana pertumbuhan kreditnya minus 17,87% menjadi Rp531,84 triliun. Sedangkan bank-bank di BUKU 3 mengalami pertumbuhan paling pesat mencapai 16,62% menjadi Rp1.444,35 triliun.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja mengatakan, bahwa pihaknya menetapkan target pertumbuhan kredit di kisaran 11-12% pada tahun ini. “Kita pasang target seperti itu dan keadaan ekonominya tidak baik,” tukasnya.
Setali tiga uang, Direktur Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Kartiko Wiryoatmodjo bilang, bahwa permintaan atau demand kredit pada tahun ini memang tengah melambat. Menurutnya, untuk mendorong pertumbuhan kredit diperlukan peran aktif pemerintah. “Makanya kredit harus dipacu dengan stimulus paket kebijakan ekonomi. Karena kan kita juga tidak bisa memaksa orang mengambil kredit,” tambah dia.
Sementara Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Maryono yakin pihaknya bisa mencapai target pertumbuhan kredit sesuai dengan RBB tahun ini dengan adanya Program 1 juta Rumah dari pemerintah. “Bisnis KPR bisa tumbuh sampai 20% sampai akhir tahun. Tahun depan masih tetap, KPR konsentrasi segmen menengah ke bawah,” tegasnya.
Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono sendiri menilai wajar pelambatan pertumbuhan kredit karena pola bisnis bank yang mengikuti dunia usaha. “Kalau ekonomi diproyeksi turun itu jelas akan menurunkan permintaan terhadap kredit. Sehingga dengan jelas bank harus realistis menurunkan target pertumbuhan kreditnya,” cakapnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nelson Tampubolon menilai, OJK cukup optimis pertumbuhan kredit masih bisa mencapai 13-15% sesuai RBB tahun ini. Namun dengan satu catatan penting.
“Saya bilang kalau pemerintah stabil peningkatan spending (belanja negara) ya, pengeluaran atau belanja modal atau rutin bisa di 3,5 bulan lagi, masih bisa lah,” tandas Nelson. (*)
Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel pada hari ini (22/11)… Read More
Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar USD5,9 miliar, di… Read More
Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia Kunardy Lie memberikan sambutan saat acara… Read More
Pengunjung melintas didepan layar yang ada dalam ajang gelaran Garuda Indonesia Travel Festival (GATF) 2024… Read More
Jakarta - PT Eastspring Investments Indonesia atau Eastspring Indonesia sebagai manajer investasi penerbit reksa dana… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat perubahan tren transaksi pembayaran pada Oktober 2024. Penggunaan kartu ATM/Debit menyusut sebesar 11,4… Read More