Moneter dan Fiskal

Susu dan Keju Dorong Inflasi Pangan di Inggris ke Level Tertinggi

Jakarta – Harga-harga pangan di Inggris meningkat dengan laju tercepat selama 45 tahun. Dengan harga kebutuhan pokok seperti susu, keju, dan telur yang melonjak.

Data terbaru menunjukkan, inflasi harga pangan mencapai 16,2% per tahun ini hingga Oktober, naik dari 14,5% di September.

Harga energi dan bahan bakar juga meningkat tajam, mendorong keseluruhan inflasi ke level tertingginya sejak 1981. Meningkatnya biaya hidup ini kemudian menekan anggaran rumah tangga, membuat banyak orang hidup dalam kesulitan.

Dikutip dari BBC, 19 November 2022, Office for National Statistics (ONS) menyatakan, inflasi tersebut memberikan dampak paling besar terhadap keluarga-keluarga dengan kondisi ekonomi lebih miskin, karena mereka menghabiskan sekitar setengah dari pendapatan mereka untuk makanan dan energi, daripada kelompok kelas menengah yang hanya menghabiskan sekitar sepertiga pendapatannya pada sektor tersebut.

Level inflasi di Inggris secara keseluruhan per Oktober yang sebesar 11,1% adalah yang tertinggi dalam 41 tahun. Angka itu mengalami kenaikan dari bulan September yang sebesar 10,1%.

Office for National Statistics atau ONS pun menyatakan bahwa harga pangan telah meningkat tajam di Oktober dengan susu, pasta, mentega, telur, dan sereal, semua mengalami kenaikan.

Sementara untuk harga gas dan listrik turut pula menjadi pendorong utama inflasi setelah tagihan-tagihan naik kembali bulan lalu.

Skema Jaminan Harga Energi yang dicanangkan Pemerintah Inggris sudah memitigasi kenaikan tersebut, dengan membatasi rata-rata tagihan rumah tangga ke sekitar £2.500 setahun. Namun, ONS mengungkapkan, harga gas dan listrik masih naik dengan kenaikan masing-masing hampir 130% dan 66%, dibandingkan tahun lalu.

Tanpa dukungan pemerintah, lembaga statistik tersebut menyatakan, keseluruhan inflasi bisa naik hingga 13,8%.

Sementara itu, Paul Dales selaku kepala ekonom Inggris di Capital Economics, mengatakan bahwa kenaikan harga-harga bisa mulai melambat jika pemerintah terus mengunci harga-harga energi di satu level dengan cara tertentu.

“Ada semakin banyak bukti bahwa dorongan pada inflasi dari faktor-faktor global kini memudar,” ucap Paul, seperti dikutip dari BBC.

Sedangkan Dame Deanne Julius, mantan anggota Komite Kebijakan Moneter Bank of England, menyatakan, beberapa elemen yang mendorong inflasi, di luar harga pangan dan tagihan energi, sudah mulai stabil.

“Kalau inflasi turun, itu bukan berarti harga-harga akan turun. Itu berarti harga-harga akan naik pada pergerakan yang lebih lambat,” terang Dame. (*) Steven Widjaja

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Komunitas Otomotif Apresiasi Satgas Nataru Pertamina Tekan Angka Kecelakaan

Jakarta – Sejumlah komunitas otomotif mengapresiasi kinerja Satgas Nataru Pertamina dalam menjaga ketersedian pasokan bahan… Read More

2 hours ago

LPEI Dorong Komoditas Gula Aren Pandeglang Mendunia, Begini Upaya yang Dilakukan

Jakarta - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) terus mendorong ekspor gula aren Indonesia yang semakin… Read More

2 hours ago

Mejeng di Big Bang Festival, Karcher Unjuk Teknologi Pembersih Canggih

Jakarta - Karcher Indonesia menghadirkan solusi kebersihan rumah tangga dalam ajang Big Bang Festival 2024,… Read More

4 hours ago

Dorong Literasi Keuangan, Bank Mandiri Kenalkan Produk Perbankan ke 93.000 Pelajar

Jakarta - Bank Mandiri terus berkomitmen untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat sesuai program yang dicanangkan… Read More

6 hours ago

Target Penyaluran KUR 2025 Naik jadi Rp300 Triliun

Jakarta – Pemerintah menetapkan target penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp300 triliun untuk 2025. Hal ini ditetapkan dengan… Read More

9 hours ago

Wamen BUMN Cek Langsung Kesiapan SPKLU PLN Layani Kebutuhan Nataru

Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Komisaris PT PLN (Persero), Aminuddin… Read More

10 hours ago