Keuangan

Survei Sun Life: 73 Persen Pemilik Usaha Keluarga di Asia Belum Siapkan Penerus

Poin Penting

  • Hanya 27 persen keluarga pemilik usaha memiliki rencana penerus usaha yang sepenuhnya tersusun.
  • Lebih dari dua pertiga (68 persen) ingin kekayaan yang ditinggalkan digunakan untuk pertumbuhan jangka panjang.
  • Di generasi berikutnya, kurang dari sepertiga (31 persen) benar-benar bersedia melanjutkan usaha keluarga.

Jakarta – Di tengah derasnya arus peralihan kekayaan lintas generasi di Asia, sebuah temuan penting kembali terungkap. Survei terbaru Sun Life Asia melaporkan masih lebarnya kesenjangan antara kesadaran dan kesiapan pemilik usaha keluarga dalam menyiapkan rencana penerus usaha.

Meski 94 persen keluarga pemilik usaha mengaku berniat menyusun pengaturan warisan yang menyeluruh, faktanya hanya 27 persen yang benar-benar memiliki rencana penerus usaha yang lengkap.

Artinya, hampir tiga perempat bisnis keluarga di kawasan ini masih melaju tanpa peta jalan pewarisan yang jelas.

Padahal, usaha keluarga adalah nadi perekonomian Asia. Sebanyak 85 persen perusahaan di Asia Pasifik dimiliki keluarga, dan 97 persen UKM yang menopang ekonomi kawasan juga berada dalam struktur tersebut.

Tak hanya itu, Asia menyumbang 18 persen dari 500 perusahaan keluarga terbesar di dunia—menggambarkan besarnya risiko bila isu suksesi tak ditangani dengan serius.

Maika Randini, Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia, menegaskan urgensi tersebut.

“Peralihan kekayaan lintas generasi dalam skala besar sudah berlangsung di Asia, sehingga penting bagi para pemilik usaha untuk mempersiapkan masa depan dan menjaga warisan mereka,” ujarnya dikutip 28 November 2025.

Baca juga: Survei Sun Life: 60 Persen Keluarga Khawatir Kekayaan Tak Akan Bertahan ke Generasi Berikutnya

Komunikasi Masih Jadi Titik Lemah

Survei Sun Life Asia menunjukkan kondisi yang timpang. Sebanyak 25 persen pemilik usaha baru memiliki sebagian rencana, 24 persen masih dalam proses penyusunan, dan 19 persen belum memiliki rencana apa pun meski berniat membuatnya.

Kesenjangan antarnegara pun terlihat mencolok. Indonesia menjadi yang paling siap dengan 39 persen responden memiliki rencana penerus usaha yang lengkap. Di sisi lain, Vietnam hanya mencatatkan 14 persen, Hong Kong 20 persen, dan Singapura 28 persen.

Namun, kesiapan dokumen saja tidak cukup. Komunikasi antar-generasi pun terbukti masih lemah. Hanya 44 persen penerus yang terlibat dalam operasional bisnis mengaku telah menerima komunikasi menyeluruh terkait rencana warisan. Angka itu makin turun untuk penerus yang tidak terlibat langsung dalam bisnis—hanya 27 persen.

Mayoritas keluarga mendiskusikan rencana warisan melalui rapat formal (57 persen), diikuti percakapan formal satu lawan satu (52 persen), serta diskusi informal (43 persen).

Menariknya, forum ideal yang diinginkan responden untuk membahas warisan tidak jauh berbeda: rapat keluarga formal (61 persen), percakapan satu lawan satu (50 persen), serta dokumentasi tertulis (38 persen) seperti surat wasiat.

Warisan Jangka Panjang Jadi Prioritas

Walaupun rencana suksesi belum matang, perhatian terhadap perlindungan keluarga tergolong tinggi. Sebanyak 69 persen responden menempatkan perlindungan keuangan sebagai faktor paling penting dalam membangun warisan.

Disusul kebutuhan memiliki rencana warisan yang jelas dan tersampaikan dengan baik (54 persen), serta keinginan membangun kekayaan berkelanjutan untuk generasi berikutnya (51 persen).

Lebih dari dua pertiga responden berharap warisan mereka diinvestasikan untuk pertumbuhan jangka panjang—baik melalui aset keuangan, asuransi jiwa, maupun bisnis keluarga.

“Banyak keluarga belum siap menghadapi masa depan, meski memahami pentingnya rencana penerus usaha yang terstruktur. Ini menjadi peluang besar bagi pemilik usaha untuk memperkuat fondasi masa depan, namun banyak yang masih menghadapi risiko,” kata Maika.

Perbedaan Nilai dan Prioritas

Perbedaan nilai, minat, dan prioritas antara generasi menyebabkan semakin banyak penerus keluarga enggan melanjutkan usaha — baik karena keinginan untuk mandiri, takut akan tanggung jawab, atau memiliki minat dan visi yang berbeda.

Di antara pemilik usaha keluarga yang sudah terlibat aktif, hanya 40 persen yang percaya generasi berikutnya bersedia penuh melanjutkan bisnis.

Di sisi lain, dari penerus keluarga yang tidak terlibat operasional, hanya 31 persen yang menyatakan bersedia sepenuhnya mengambil alih.

Survei menunjukkan jurang generasi yang signifikan. Separuh (50 persen) penerus keluarga yang enggan mengambil alih bisnis menyebut keinginan untuk tetap mandiri sebagai alasan utama. Alasan lain termasuk takut tanggung jawab (42 persen), kurang minat (28 persen), dan perbedaan nilai atau visi (27 persen).

Baca juga: Dana SAL Bisa Masuk ke Asuransi atau BPR? Ini Penjelasan Ekonom Danamon

Preferensi Layanan Konsultasi Warisan

Kurang dari separuh responden pemilik usaha keluarga pernah mencari nasihat perencanaan keuangan. Dari mereka yang sudah atau berencana mencari nasihat, 61 persen menempatkan keahlian profesional sebagai tiga faktor terpenting dalam memilih konsultan.

Faktor berikutnya adalah kemampuan merencanakan kebutuhan keluarga lintas generasi (52 persen) serta pendekatan personal dan disesuaikan (49 persen).

Terkait model layanan, 36 persen memilih ahli individual dengan spesialisasi tertentu. Hampir seperempat (23 persen) lebih menyukai layanan family office komprehensif yang melibatkan beberapa ahli, sementara 32 persen memilih kombinasi keduanya.

“Temuan kami menunjukkan bahwa pemilik usaha keluarga membutuhkan wawasan profesional yang mendalam dan pendekatan jangka panjang yang disesuaikan. Baik layanan ahli individual maupun family office memiliki tempatnya masing-masing. Nasihat yang proaktif dapat membantu pemilik usaha mencapai tujuan penerus usaha, mencegah konflik, dan menjaga warisan keluarga,” tutup Maika. (*)

Galih Pratama

Recent Posts

Konsumsi Produk Halal 2026 Diproyeksi Tumbuh 5,88 Persen Jadi USD259,8 Miliar

Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More

2 hours ago

Menteri Ara Siapkan Ratusan Rumah RISHA untuk Korban Banjir Bandang Sumatra, Ini Detailnya

Poin Penting Kementerian PKP tengah memetakan kebutuhan hunian bagi korban banjir bandang di Sumatra melalui… Read More

2 hours ago

Livin’ Fest 2025 Resmi Hadir di Bali, Bank Mandiri Dorong UMKM dan Industri Kreatif

Poin Penting Livin’ Fest 2025 resmi digelar di Denpasar pada 4-7 Desember 2025, menghadirkan 115… Read More

2 hours ago

Sentimen The Fed Bisa Topang Rupiah, Ini Proyeksi Pergerakannya

Poin Penting Rupiah berpotensi menguat didorong ekspektasi kuat pasar bahwa The Fed akan memangkas suku… Read More

3 hours ago

Komitmen Pertamina EP Jalankan Praktik Keberlanjutan dan Transparansi Data

Poin Penting Pertamina EP memperkuat praktik keberlanjutan dan transparansi, yang mengantarkan perusahaan meraih peringkat Bronze… Read More

3 hours ago

Kesehatan Keuangan TUGU Lampaui Industri, Ini Buktinya!

Poin Penting RBC dan RKI TUGU melampaui industri, masing-masing di 360,9% dan 272,6%, menunjukkan kesehatan… Read More

4 hours ago