Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan hasil survei perbankan yang mengindikasikan penyaluran kredit baru pada triwulan | 2024 melemah. Hal ini tecermin dari nilai SBT penyaluran kredit baru triwulan | 2024 sebesar 60,8 persen, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 96,1 persen.
Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit baru pada seluruh jenis kredit terindikasi lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, baik pada kredit modal kerja dengan SBT 68,2 persen, kredit investasi SBT 21,9 persen, maupun kredit konsumsi SBT 72,9 persen.
“Berdasarkan jenis kredit konsumsi, penyaluran kredit baru yang melambat juga terjadi pada seluruh jenis kredit,” ujar Asisten Gubernur BI Erwin Haryono dalam keterangannya, Jumat, 26 April 2024.
Secara sektoral, pertumbuhan penyaluran kredit baru tertinggi terjadi pada sektor Listrik, Gas, dan Air dengan SBT 49,8 persen, diikuti sektor Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial dengan SBT 42,4 persen, serta sektor Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga dengan SBT 23,5 persen.
Baca juga: Ngerem Kredit UMKM BRI Melirik Korporasi Sementara, Ini Alasannya
BI pun memperkirakan kredit di triwulan II 2024 atau secara kuartal to kuartal (qtq) tetap tumbuh meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari SBT prakiraan penyaluran kredit baru triwulan I| 2024 yang sebesar 57,6 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan SBT 60,8 persen pada triwulan sebelumnya.
“Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru pada triwulan || 2024 masih sama dengan periode-periode sebelumnya, yaitu kredit modal kerja, diikuti kredit investasi dan kredit konsumsi,” jelasnya.
Adapun kebijakan penyaluran kredit pada triwulan || 2024 diprakirakan sedikit lebih ketat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) triwulan || 2024 yang bernilai positif sebesar 0,3 persen.
Erwin menjelaskan, standar penyaluran kredit yang lebih ketat tersebut diprakirakan terjadi pada hampir seluruh jenis kredit, kecuali KPR/KPA.
“Sebagian besar aspek kebijakan penyaluran kredit diprakirakan lebih ketat dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya suku bunga kredit. Sementara itu, jangka waktu kredit dan persyaratan administrasi diprakirakan lebih longgar,” paparnya.
Baca juga: Penyaluran Kredit Perbankan pada Maret 2024 Moncer, BI Ungkap Pendorongnya
Selain itu, memperkirakan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan II 2024 diperkirakan meningkat, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sesuai dengan pola historisnya.
Prakiraan peningkatan DPK tersebut terindikasi dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 79,1 persen, lebih tinggi dibandingkan 16,1 persen pada triwulan sebelumnya.
“Peningkatan pertumbuhan DPK diprakirakan terjadi pada jenis instrumen tabungan dan deposito dengan SBT masing-masing sebesar 80,4 persen dan 78,4 persen. Di sisi lain, giro diprakirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terindikasi dari SBT 13,3 persen,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Jakarta - PT Prudential Life Assurance atau Prudential Indonesia mencatat kinerja positif sepanjang kuartal III-2024.… Read More
Jakarta - Di era digital, keinginan untuk mencapai kebebasan finansial pada usia muda semakin kuat,… Read More
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks pembangunan manusia (IPM) mencapai 75,08 atau dalam… Read More
Jakarta - PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) hari ini mengadakan paparan publik terkait kinerja… Read More
Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan III 2024 tercatat… Read More
Jakarta - Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono turun tangan mengatasi kisruh yang membelit Koperasi Produksi Susu… Read More