Jakarta – Survei Inventure 2024 tentang Indonesia Market Outlook 2025 mengungkapkan, sebagian besar kalangan kelas menengah atau 71 persen responden pernah berbelanja di Warung Madura .
Sedangkan sisanya, atau 29 persen responden tidak pernah berbelanja di warung yang identik buka 24 jam tersebut.
Bahkan, 4 dari 5 responden kalangaan kelas menengah mengaku berbelanja di Warung Madura lantaran harga murah dan lokasi strategis.
“Jika kita bandingkan dengan toko modern, warung Madura dari sisi lokasi, harga, dan jam operasional jauh lebih unggul,” kata Managing Partner Inventure Yuswohady, dikutip pada Selasa, 22 Oktober 2024.
Baca juga : Bos Artajasa Beberkan 3 Tantangan Bisnis Pembayaran Elektronik di Era Digital
Lebih lanjut, Yuswohady mengatakan dari 71 persen kelas menengah tersebut, ada 61 persen mengaku harga di Warung Madura jauh lebih murah.
Sementara itu, sebanyak 52 persen mengaku lantaran ada tawaran pembelian dalam bentuk kemasan eceran yang masih menjadi incaran kelas menengah.
Ia merinci, produk kebutuhan dasar semisal minuman botol, sembako, snack menjadi produk paling banyak di beli di Warung Madura.
“Ini menandayakan daya beli kelas menengah yang menurun,” jelasnya.
Baca juga : Wealth Management DBS Indonesia Targetkan Volume Bisnis Obligasi Tumbuh 50 Persen pada 2024
Diketahui, Warung Madura merujuk pada sebuah toko kelontong yang menjual pelbagai barang untuk sehari-hari. Mulai dari kebutuhan dapur, aneka jajanan, pulsa dan token listrik, hingga bensin eceran.
Sesuai dengan namanya, pemilik atau penjaga warung ini memang berasal dari Madura. Sehingga, itulah yang menjadi alasan penamaan toko kelontong tersebut sebagai warung Madura.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebutkan terjadinya deflasi dan penurunan jumlah kelas menengah sebanyak 9,5 juta orang dalam 5 tahun terakhir, tak berdampak signifikan terhadap sektor jasa keuangan.
Mahendra mengatakan fenomena tersebut diharapkan tidak akan berimbas terhadap perekonomian maupun sektor jasa keuangan secara umum, sehingga dapat tetap terjaga baik.
“Terjadinya deflasi dan penurunan jumlah kelas menengah itu dilihat dari angka-angka yang ada dalam sektor jasa keuangan nampaknya belum memperlihatkan atau tidak memperlihatkan dampak yang signifikan,” ujar Mahendra dalam Konferensi Pers RDK, Senin, 8 Juli 2024.
Meski demikian, Mahendra mengatakan bahwa OJK dan pemerintah akan terus melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi dampak yang kurang baik akibat hal tersebut. Termasuk, menjaga daya beli masyarakat. (*)
Editor: Yulian Saputra
Jakarta – Bangkok Bank sukses mengakuisisi 89,12 persen saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dari Standard Chartered Bank dan… Read More
Jakarta – PT PLN (Persero) dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060 membutuhkan investasi mencapai USD700 miliar… Read More
Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) atau Permata Bank memiliki peluang ‘naik kelas’ ke Kelompok Bank… Read More
Jakarta – Presiden Prabowo Subianto optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai level 8 persen dalam kurun waktu… Read More
Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More
Makassar – PT Asuransi Maximus Graha Persada Tbk (Maximus Insurance) menyerahkan polis asuransi jaminan diri… Read More